Harga Minyak Dunia Naik di Tengah Harapan Penurunan Tarif AS-Tiongkok

Ilustrasi. Foto: Xinhua/Xiau Yijiu.

Harga Minyak Dunia Naik di Tengah Harapan Penurunan Tarif AS-Tiongkok

Husen Miftahudin • 25 April 2025 08:30

Houston: Harga minyak dunia naik pada perdagangan Kamis waktu setempat (Jumat WIB), memulihkan kerugian pada perdagangan Rabu, setelah muncul tanda-tanda kemungkinan adanya pembicaraan tarif dan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.

Mengutip Oil Price, Jumat, 25 April 2025, patokan AS, minyak mentah WTI, naik 0,95 persen dan diperdagangkan pada harga USD62,86 per barel. Sementara patokan internasional, harga minyak mentah Brent, diperdagangkan 0,7 persen lebih tinggi pada harga USD66,58 per barel.

Sebagian besar pergerakan pasar dalam beberapa jam terakhir disebabkan oleh pernyataan dari Washington dan Beijing, yang mengisyaratkan kemungkinan de-eskalasi dalam perang dagang dan potensi pembukaan pembicaraan tarif dan perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia.

Sejak Presiden AS Donald Trump meningkatkan perang tarif terhadap Tiongkok pada awal April, harga minyak telah turun sekitar USD10 per barel di tengah kekhawatiran tentang keadaan ekonomi global dan resesi di AS.

Setelah Pemerintahan Trump mengenakan tarif tiga digit terhadap Tiongkok, sebagian besar bank investasi mengatakan mereka mempertimbangkan skenario resesi sebagai sesuatu yang semakin mungkin terjadi. Namun kemudian, Trump mengatakan tarif Tiongkok akan turun secara substansial.

Sementara itu, Tiongkok menyerukan agar tarif AS dibatalkan, tetapi mencatat Beijing belum memulai pembicaraan perdagangan apa pun dengan AS, meskipun ada komentar dari Washington sudah ada 'kontak langsung'.
 

Baca juga: Harga Minyak Dunia Anjlok 2%


(Ilustrasi pergerakan harga minyak. Foto: dok ICDX)
 

Sentimen harga minyak


Penarikan produk AS dalam jumlah besar yang dilaporkan oleh EIA juga mendukung harga minyak pada perdagangan Kamis pagi. Namun, pasar terpecah antara tanda-tanda kemungkinan de-eskalasi dalam kebuntuan perdagangan AS-Tiongkok.

Selain itu, pasar juga terpecah akibat meningkatnya produksi OPEC+, dengan Kazakhstan menentang kelompok yang menjadi bagiannya dengan mengatakan bahwa strategi produksi minyaknya akan diatur oleh kepentingan nasional dan bukan kuota kelompok.  

"Semakin besarnya ketidaksepakatan antara anggota OPEC+ membuat minyak berada di luar pergerakan risiko yang lebih luas yang terlihat di seluruh pasar keuangan karena ketegangan tarif mereda," kata ahli strategi komoditas ING Warren Patterson dan Ewa Manthey.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)