Ilustrasi. Foto: dok Metrotvnews.com
Muhammad Reyhansyah • 24 October 2025 10:13
New Delhi: Pemerintah India mengajukan rancangan regulasi baru untuk mengatur kecerdasan buatan (AI), dalam upaya menekan peningkatan penyebaran informasi palsu dan video deepfake di negara berpenduduk terbesar di dunia.
Kementerian Teknologi Informasi mengumumkan usulan amandemen tersebut dengan alasan “peningkatan penyalahgunaan teknologi untuk pembuatan atau penyebaran media sintetis.”
“Insiden baru-baru ini terkait penyebaran audio, video, dan media sintetis berbasis deepfake di platform sosial telah menunjukkan kemampuan AI generatif dalam menciptakan kebohongan yang tampak meyakinkan,” tulis catatan resmi kementerian yang dirilis pada Rabu, 22 Oktober 2025.
Dokumen tersebut menegaskan bahwa konten semacam itu berpotensi digunakan sebagai senjata untuk menyebarkan disinformasi, merusak reputasi, memanipulasi hasil pemilu, hingga melakukan penipuan keuangan.
Dengan lebih dari 900 juta pengguna internet—terbanyak kedua di dunia setelah Tiongkok, India menjadi pasar penting bagi perusahaan teknologi global. Pemerintah juga meluncurkan portal daring bernama Sahyog, yang berarti “kerja sama” dalam bahasa Hindi, untuk mengotomatiskan pengiriman surat pemberitahuan pemerintah kepada platform seperti X dan Facebook.
“Usulan amandemen ini memberikan dasar hukum yang jelas untuk pelabelan, pelacakan sumber, dan akuntabilitas,” tulis kementerian, seraya menambahkan bahwa langkah tersebut akan memperkuat kewajiban uji tuntas bagi para perantara media sosial.
Mengutip dari Channel News Asia, Jumat, 24 Oktober 2025, langkah regulatif ini muncul di tengah meningkatnya ketertarikan perusahaan AI global terhadap pasar India. Tahun ini, beberapa perusahaan besar mengumumkan rencana ekspansi mereka di negara tersebut.
Startup asal Amerika Serikat, Anthropic, menyatakan akan membuka kantor di India setelah CEO-nya, Dario Amodei, bertemu dengan Perdana Menteri Narendra Modi pada bulan ini.
Sementara itu, OpenAI juga berencana membuka kantor di India. CEO Sam Altman menyebut bahwa penggunaan ChatGPT di negara tersebut meningkat hingga empat kali lipat dalam setahun terakhir.
Selain itu, perusahaan AI Perplexity menjalin kemitraan besar dengan raksasa telekomunikasi India, Airtel, pada Juli lalu, memperkuat kolaborasi antara sektor teknologi dan industri komunikasi di ekonomi terbesar kelima dunia tersebut.