7 April 2025 13:27
Kesehatan lingkungan bukanlah isu teknis semata. Lebih dari itu, ia adalah cerminan dari kesadaran kolektif masyarakat terhadap kualitas hidup, keseimbangan ekosistem, dan tanggung jawab sosial lintas sektor. Dalam beberapa dekade terakhir, perhatian terhadap topik ini semakin meningkat, namun tantangan nyata tetap ada di lapangan. Salah satu tantangan yang jarang dibahas secara terbuka adalah bagaimana perilaku sosial, termasuk kebiasaan dalam mengakses hiburan, memengaruhi pendekatan masyarakat terhadap kesehatan lingkungan.
Ambil contoh sederhana: banyak individu di kelompok ekonomi menengah ke bawah masih menjadikan aktivitas seperti togel sebagai bentuk pelarian atas tekanan hidup. Bukan semata-mata karena iming-iming hadiah, tetapi lebih kepada absennya pilihan hiburan dan kegiatan produktif yang sehat dan memberdayakan. Ini bukan tentang menyalahkan aktivitas tertentu, tapi tentang melihat pola. Ketika perilaku semacam itu berulang dan merata, ia menjadi indikator yang cukup signifikan tentang rendahnya akses terhadap edukasi — termasuk edukasi lingkungan.
Dalam konteks inilah, peran organisasi yang berfokus pada kesehatan lingkungan menjadi sangat penting. Salah satu lembaga yang konsisten bergerak di bidang ini adalah Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI), sebuah wadah profesional yang tidak hanya mendorong kompetensi para sanitarian di Indonesia, tetapi juga aktif dalam menyuarakan urgensi literasi kesehatan berbasis masyarakat.
HAKLI, yang berdiri sejak 1980, memiliki agenda besar dalam membangun sistem kesehatan lingkungan yang berkelanjutan melalui pendekatan edukatif. Mulai dari pelatihan daring untuk tenaga lapangan, penguatan program sertifikasi, hingga kampanye edukasi ke sekolah dan komunitas desa, semuanya diarahkan untuk menciptakan masyarakat yang paham, peduli, dan mampu menjaga lingkungannya sendiri. Melalui situs resminya, HAKLI juga menyediakan berbagai sumber daya informasi dan sistem manajemen keanggotaan digital untuk mendorong profesionalisme para anggotanya.
Menariknya, organisasi ini tidak membatasi cakupan geraknya hanya pada aspek teknis seperti sanitasi atau pengelolaan limbah. HAKLI juga aktif membahas isu-isu perilaku, sosial budaya, serta tantangan urbanisasi terhadap lingkungan hidup. Bahkan di tengah derasnya transformasi digital, HAKLI memanfaatkan kanal daring untuk menjangkau generasi muda yang mulai aktif membentuk pola pikir baru soal gaya hidup sehat dan lingkungan berkelanjutan.
Apa yang dilakukan oleh HAKLI adalah contoh bahwa kesehatan lingkungan bisa dan seharusnya menjadi bagian dari kesadaran kolektif, bukan semata tugas pemerintah atau tenaga kesehatan. Butuh narasi yang kuat untuk mengajak masyarakat berpikir: bahwa menjaga lingkungan sama pentingnya dengan menjaga diri sendiri. Dan narasi itu hanya akan efektif jika disampaikan lewat edukasi yang membumi, bisa diakses siapa saja, dan relevan dengan keseharian.
Dalam menghadapi perubahan zaman dan tantangan sosial yang makin kompleks, peran organisasi seperti HAKLI menjadi semakin vital. Mereka bukan hanya penyedia pelatihan atau pengelola data, tapi juga agen perubahan yang mengedepankan pendekatan humanis dalam membangun masa depan lingkungan yang lebih sehat dan adil.