Paus Fransiskus memakai penutup kepala khas Papua Nugini dalam kunjungannya ke Vanimo, 8 September 2024. (EPA-EFE)
Willy Haryono • 8 September 2024 22:14
Port Moresby: Paus Fransiskus melakukan perjalanan ke kota terpencil di hutan Papua Nugini pada hari Minggu, 8 September 2024, setelah memimpin misa akbar di hadapan kerumunan yang menyambutnya dengan sorak-sorai di ibu kota.
Fransiskus tiba di Vanimo, di pantai barat laut Papua Nugini, dengan pesawat angkut Angkatan Udara Kerajaan Australia C-130 dari ibu kota Port Moresby, tempat ia sebelumnya memberi tahu para pemimpin gereja untuk fokus pada "pinggiran negara ini" dan orang-orang di komunitas terpinggirkan.
Ia menegaskan bahwa Gereja Katolik berkomitmen membantu mereka yang terluka "secara moral dan fisik" karena "prasangka dan takhayul" selama kunjungannya ke Papua Nugini, negara yang dilanda kemiskinan. Human Rights Watch (HRW) mengatakan Papua Nugini merupakan salah satu tempat paling berbahaya di dunia bagi perempuan atau anak perempuan karena tingginya angka kekerasan seksual.
Di Vanimo, tempat minim listrik dan tidak ada air bersih, Fransiskus membawa banyak sekali obat-obatan, pakaian, dan mainan. Ia bertemu dengan komunitas Katolik setempat dan para misionaris dari negara asalnya, Argentina, yang telah melayani mereka selama ini.
Mengutip dari CBS News, sekitar 20.000 orang berkumpul di lapangan di depan katedral Vanimo sambil bernyanyi dan menari ketika Fransiskus tiba, dan ia segera mengenakan hiasan kepala berbulu yang telah diberikan kepadanya.
Dalam sambutannya dari panggung yang ditinggikan, Fransiskus memuji para pekerja gereja yang berusaha menyebarkan iman. Namun, ia mendesak umat beriman untuk bersikap baik satu sama lain dan mengakhiri persaingan serta kekerasan suku yang merupakan bagian rutin dari budaya di Papua Nugini.
Ia mendesak mereka untuk menjadi seperti orkestra, sehingga semua anggota komunitas bersatu secara harmonis demi mengatasi persaingan.
Fransiskus memulai hari ini dengan misa di hadapan sekitar 35.000 orang di stadion di ibu kota, Port Moresby. Para penari dengan rok rumput dan hiasan kepala berbulu tampil mengikuti irama drum tradisional, sementara para pendeta dengan jubah hijau berjalan menuju altar.
Dalam homilinya, Fransiskus mengatakan kepada jemaat bahwa mereka mungkin merasa jauh dari iman dan gereja institusional, tetapi Tuhan dekat dengan mereka.
"Kalian yang tinggal di pulau besar di Samudra Pasifik ini mungkin terkadang menganggap diri kalian sebagai negeri yang jauh dan terpencil, yang terletak di ujung dunia," kata Fransiskus.
"Namun, hari ini Tuhan ingin mendekat kepada kalian, untuk mendobrak jarak, untuk memberi tahu kalian bahwa kalian berada di pusat hati-Nya dan bahwa kalian masing-masing penting bagi-Nya,” ungkap sang Bapa Suci.
Baca juga: Gugun Gumilar: Pertemuan Paus Fransiskus di Istiqlal Membawa Spirit Kerukunan Umat Beragama