Limbah elektronik. Foto: Unsplash.
Brussel: Sebuah laporan menemukan 62 juta ton limbah ponsel dan perangkat seluler dibuang ke bumi hanya dalam setahun. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat sebesar sepertiga pada 2030.
Sampah elektronik, juga dikenal sebagai e-waste, terdiri dari barang-barang bekas yang mengandung colokan listrik atau baterai. Ini dapat mengandung bahan tambahan beracun dan zat berbahaya seperti merkuri, dan menimbulkan bahaya lingkungan dan kesehatan.
"Barang-barang ini seringkali tidak mudah diperbaiki. Mereka dengan mudah menjadi sampah dan karenanya timbulan sampah global meningkat,” kata Spesialis Ilmiah Senior untuk Program Siklus Berkelanjutan di Institut Pelatihan dan Penelitian PBB (Unitar) Kees Baldé dikutip dari
Business Times, Kamis, 21 Maret 2024.
Pada 2022, produksi limbah elektronik dunia mencapai 62 juta ton, naik 82 persen dibandingkan tahun 2010. Produksi limbah elektronik meningkat sebesar 2,6 juta ton per tahun, yang berarti jumlah tersebut dapat mencapai 82 juta ton pada 2030.
“Sebagian besar limbah elektronik ini tidak dikelola dengan baik. Ini bisa berakhir di tempat pembuangan sampah, seperti barang-barang kecil seperti ponsel atau sikat gigi yang dibuang begitu saja ke dalam sisa sampah.” jelas dia.
Tingginya konsumsi
Dia mengaitkan peningkatan ini dengan beberapa faktor, termasuk konsumsi yang lebih tinggi, kurangnya pilihan perbaikan, siklus hidup produk elektronik yang lebih pendek, dan infrastruktur yang tidak memadai untuk mengelola limbah elektronik.
Baldé mencatat barang-barang yang dirancang untuk mengurangi konsumsi energi, seperti panel surya, telah berkontribusi terhadap limbah elektronik. "Pada 2022, sekitar 600 ribu ton panel fotovoltaik diperkirakan telah dibuang," kata Baldé.
Direktur Biro Pengembangan Telekomunikasi di Persatuan Telekomunikasi Internasional (ITU), sebuah badan PBB, Cosmas Luckyson Zavazava menjelaskan produsen mempunyai tanggung jawab dalam hal standarisasi dan memastikan bahwa mereka tidak memberikan dampak buruk pada konsumen.
"Sehingga produk yang mereka hasilkan tidak boleh memiliki siklus hidup yang pendek. Saya pikir sektor swasta harus membayangkan dirinya sebagai warga negara yang baik.” tegas dia.