Anjing/Ilustrasi Pexels.
Jakarta: Anak-anak yang tumbuh di rumah dengan anjing berpeluang lebih kecil mengalami asma di masa kanak-kanak, menurut sebuah penelitian terbaru. Studi ini meneliti lebih dari 1.000 bayi dan menemukan bahwa paparan alergen anjing sejak dini dapat berperan melindungi paru-paru anak.
“Asma adalah penyakit pernapasan kronis yang sangat umum pada anak-anak, dengan tingkat kasus tertinggi di usia empat tahun pertama,” kata penulis utama studi, Jacob McCoy dari Hospital for Sick Children di Toronto, Kanada, dikutip dari Media Indonesia, 4 Oktober 2025.
Menuru Jacob, penyakit ini disebabkan interaksi kompleks antara faktor genetik dan lingkungan. Termasuk, infeksi, alergi, dan polusi udara.
"Karena anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya di dalam rumah, kami ingin meneliti alergen di lingkungan rumah sebagai faktor risiko yang mungkin bisa diubah untuk menekan asma," jelas Jacob.
Dalam penelitian yang dipresentasikan pada Kongres European Respiratory Society di Amsterdam ini, para peneliti menganalisis debu rumah dari 1.050 bayi berusia 3–4 bulan. Sampel tersebut diperiksa kandungan berbagai alergen, termasuk protein dari kulit dan air liur
anjing (Can f1), protein serupa dari kucing (Fel d1), dan endotoksin bakteri.
Saat anak-anak mencapai usia lima tahun, dokter menilai apakah mereka menderita asma, sementara sampel darah digunakan untuk meneliti faktor genetik yang meningkatkan risiko alergi atau asma.
Hasilnya, sekitar 6,6% anak didiagnosis mengalami asma pada usia lima tahun. Namun, peneliti menemukan bahwa paparan alergen anjing sejak dini dikaitkan dengan fungsi paru-paru yang lebih baik dan risiko asma yang lebih rendah. Sementara itu, alergen kucing maupun endotoksin tidak menunjukkan efek perlindungan serupa.
“Kami menemukan bahwa paparan alergen anjing berhubungan dengan fungsi paru yang lebih baik serta menurunkan risiko asma. Kami belum tahu persis penyebabnya, tetapi kemungkinan paparan awal bisa mencegah sensitisasi dengan mengubah mikrobioma di hidung atau memengaruhi sistem imun,” jelas McCoy.
Anjing/Ilustrasi Pexels.
Menanggapi hasil penelitian ini, Dr Erol Gaillard, ketua kelompok ahli asma anak dari European Respiratory Society, mengatakan, asma adalah kondisi jangka panjang paling umum pada anak dan juga salah satu alasan utama mereka harus dirawat darurat di rumah sakit.
"Studi ini menunjukkan bahwa bayi yang tumbuh bersama anjing mungkin memiliki risiko lebih rendah terkena asma. Ini kabar baik bagi keluarga dengan anjing peliharaan, tetapi kita masih perlu tahu lebih jauh bagaimana paparan hewan peliharaan memengaruhi perkembangan paru anak dalam jangka panjang," jelas dia.
Sementara itu, Sarah Sleet, CEO Asma and Lung UK, menilai temuan ini membuka perspektif baru. “Selama ini banyak saran agar anak yang berisiko asma sebaiknya tidak tinggal serumah dengan hewan peliharaan. Jadi, temuan bahwa keberadaan anjing justru dapat mengurangi risiko sangat menarik. Namun, kita masih butuh penelitian lebih lanjut untuk memahami apa yang membuat anjing berbeda,” ujar Sarah.