Ilustrasi bitcoin. Foto: Istimewa.
Jakarta: Nilai Bitcoin (BTC) mengalami lonjakan signifikan, mencapai USD83 ribu (sekitar Rp1,4 miliar), setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan penangguhan tarif impor terhadap beberapa negara. Meski demikian, para trader profesional bitcoin masih tampak enggan untuk beralih ke pandangan optimis.
Melansir Cointelegraph, pada 9 April 2024, bitcoin meroket lima persen dalam waktu kurang dari satu jam usai Trump menyampaikan rencana penundaan tarif timbal balik selama 90 hari, kecuali Tiongkok. Kebijakan tersebut menghasilkan reaksi positif di pasar finansial, termasuk lonjakan S&P 500 yang meningkat delapan persen.
Namun, para trader bitcoin tetap menunjukkan kehati-hatian. Mereka khawatir tentang situasi ekonomi global, terutama terkait kebijakan tingkat suku bunga yang diterapkan oleh The Fed dan imbal hasil dari obligasi pemerintah AS.
Faktor kenaikan bitcoin
1. Kekhawatiran di pasar. Tingkat suku bunga Fed dan obligasi AS
Pertemuan The Fed yang diterbitkan pada hari yang sama mengungkapkan kekhawatiran mengenai kemungkinan terjadinya stagflasi, yang merupakan gabungan antara stagnasi ekonomi dan inflasi yang tinggi. Sebagai dampaknya, kemungkinan The Fed untuk menurunkan suku bunga di bawah 4,0 persen pada September 2024 turun drastis dari 97,6 persen menjadi 69,7 persen dalam waktu yang sangat singkat.
Ekonom terkenal Peter Boockvar mengemukakan fokus utama kini tertuju pada imbal hasil obligasi 10 tahun AS. Hal ini berpotensi berdampak negatif pada nilai dolar dan menambah ketidakpastian di pasar
cryptocurrency. "Kita dapat menarik garis level sekitar 4,40 persen dalam imbal hasil obligasi berdurasi 10 tahun," jelas dia.
2. Pasar derivatif bitcoin. Belum ada kepercayaan penuh
Walaupun harga bitcoin naik, indikator pada pasar derivatif seperti premi futures dan opsi masih belum menunjukkan indikasi bullish yang kuat.
- Premi
futures bitcoin sempat melebihi lima persen tetapi tidak mampu dipertahankan, menandakan keraguan dari para
trader.
- Opsi bitcoin menunjukkan sinyal
bearish (skew delta 12 persen) setelah Tiongkok mengancam akan membalas tarif dari Trump, namun kembali netral (tiga persen) setelah pengumuman penangguhan
tarif.
- Tingkat pendanaan untuk futures perpetual bitcoin meningkat hingga 0,9 persen, tertinggi dalam waktu enam minggu, meski masih bergerak dalam kisaran netral.
(Ilustrasi pergerakan harga aset kripto. Foto: dok KBI)
Mengapa trader bitcoin masih belum yakin?
1. Ketegangan antara AS dan Tiongkok
Perang dagang masih berjalan, dan kebijakan Trump dapat berubah kapan saja.
2. Tingkat suku bunga Fed
Jika The Fed tidak segera menurunkan suku bunga, tekanan terhadap aset berisiko seperti bitcoin dapat meningkat.
3. Imbal hasil obligasi AS
Penurunan lebih lanjut dapat memicu arus keluar modal dari pasar AS, termasuk ke dalam cryptocurrency.
Apa yang akan terjadi selanjutnya untuk bitcoin?
Apabila ketidakpastian di bidang makroekonomi mulai mereda, contohnya, The Fed mulai menurunkan suku bunga atau imbal hasil obligasi stabil, bitcoin berpotensi untuk melanjutkan rally-nya. Namun, saat ini, para trader masih menunggu sinyal yang lebih jelas sebelum benar-benar bersikap bullish. (Avifa Aulya Utami Dinata)