Imbas Topan Kalmaegi di Filipina menyebabkan kerusakan. Foto: CGDEV
Fajar Nugraha • 6 November 2025 06:14
Manila: Setidaknya 85 orang tewas, dan 75 lainnya masih hilang setelah Topan Kalmaegi melanda Filipina dan menyebabkan lebih dari 500.000 orang mengungsi.
“Kantor Pertahanan Sipil mengatakan bahwa selain 85 kematian yang terkonfirmasi, 28 orang lainnya juga dilaporkan tewas, dengan penyebab kematian yang belum diketahui,” menurut Jaringan GMA, seperti dikutip dari Anadolu, Kamis 6 November 2025.
Sebagian besar korban jiwa dilaporkan dari Visayas Tengah, wilayah yang paling parah terkena dampak di negara ini. Visayas Tengah, yang terletak di Filipina bagian tengah, merupakan wilayah administratif yang mencakup provinsi Bohol, Cebu, Negros Oriental, dan Siquijor.
Pihak berwenang mengatakan 17 orang terluka di berbagai daerah, sementara lebih dari 1,2 juta orang juga terdampak cuaca buruk. Banjir besar dan tanah longsor juga memutus akses jalan di daerah-daerah terpencil, sementara beberapa kota mengalami pemadaman listrik, kata pihak berwenang.
Video dan gambar di media lokal menunjukkan banjir besar dan kerusakan di beberapa wilayah di Filipina, termasuk sebagian Provinsi Cebu. Kehancuran ini terjadi hanya sebulan setelah gempa bumi berkekuatan 6,9 skala Richter melanda Cebu utara, menewaskan banyak orang dan membuat ribuan orang mengungsi.
Pihak berwenang mengatakan upaya bantuan masih berlangsung, sementara tim penyelamat berupaya menjangkau daerah-daerah terpencil yang terputus akibat banjir dan tanah longsor.
Topan Kalmaegi, yang dikenal masyarakat setempat sebagai Tino, telah menghantam dua daratan sejak Selasa dini hari di Pulau Visayas, Filipina bagian tengah.
Tino diperkirakan akan meninggalkan "wilayah tanggung jawab" Filipina, yang dipantau oleh badan meteorologi negara tersebut, pada Rabu malam atau Kamis dini hari. Badai ini diperkirakan akan kembali menguat di Laut China Selatan sebelum menuju Vietnam, tempat pihak berwenang sedang mempersiapkan kedatangannya pada hari Jumat.
Sementara itu, pihak berwenang Indonesia pada hari Rabu memperingatkan kemungkinan hujan lebat yang dapat melanda beberapa kota di seluruh negeri, sementara operasi pencarian orang hilang terus berlanjut di Papua.
Lebih dari 20 warga hilang sehari sebelumnya setelah banjir bandang melanda dua kecamatan di Kabupaten Nduga, Provinsi Papua, Indonesia, menurut kantor berita pemerintah Antara. Lima belas di antaranya telah dipastikan meninggal dunia, sementara pencarian delapan orang hilang masih terus berlanjut, menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).