Pos keamanan Korea Selatan dan Korea Utara berlokasi saling berhadapan di area perbatasan. (EPA)
Willy Haryono • 10 August 2025 08:42
Pyongyang: Korea Utara mulai membongkar sejumlah pengeras suara di sepanjang perbatasan antar-Korea, kata militer Korea Selatan pada Sabtu, 9 Agustus 2025. Langkah ini dilakukan setelah Korea Selatan juga mencopot pengeras suara propagandanya dalam upaya bersama meredakan ketegangan.
Mengutip dari Independent, Staf Gabungan Korea Selatan tidak mengungkap lokasi spesifik tempat Korea Utara membongkar peralatan tersebut, dan belum jelas apakah Pyongyang berniat menurunkan seluruh pengeras suaranya.
Perkembangan ini menyusul keluhan warga perbatasan Korea Selatan dalam beberapa bulan terakhir yang mengaku terganggu oleh suara-suara bising, termasuk raungan hewan dan dentuman gong, yang diperdengarkan dari pengeras suara Korea Utara sebagai balasan atas siaran propaganda Seoul.
Korea Utara sendiri telah menghentikan siarannya sejak Juni, sebagai respons langsung terhadap keputusan presiden baru Korea Selatan yang berhaluan liberal, Lee Jae-myung, untuk menghentikan siaran propaganda. Langkah ini menjadi kebijakan konkret pertama pemerintahannya dalam meredakan friksi antara kedua negara yang lama terbelah.
Militer Korea Selatan mulai mencopot pengeras suara di perbatasan pada Senin lalu, meski belum merinci lokasi penyimpanan atau kemungkinan pemasangan kembali jika ketegangan meningkat. Pyongyang belum secara resmi mengonfirmasi pembongkaran pengeras suara tersebut.
Pemerintahan konservatif sebelumnya di Korea Selatan sempat melanjutkan siaran propaganda harian pada Juni tahun lalu, setelah jeda selama beberapa tahun, sebagai respons terhadap aksi Korea Utara yang menerbangkan balon berisi sampah ke wilayah Selatan.
Pengeras suara itu memutar pesan propaganda dan lagu K-pop, yang sengaja dirancang untuk memancing reaksi Pyongyang yang selama ini gencar menghapus pengaruh budaya pop dan bahasa Korea Selatan demi memperkuat kekuasaan dinasti Kim Jong-un.
Kampanye perang psikologis ala Perang Dingin itu semakin memperburuk ketegangan yang sudah tinggi akibat program nuklir Korea Utara dan upaya Korea Selatan memperluas latihan militer gabungan dengan Amerika Serikat serta kerja sama keamanan trilateral bersama Jepang.
Lee, yang menjabat pada Juni setelah memenangkan pemilu dini untuk menggantikan presiden konservatif Yoon Suk Yeol yang dilengserkan, ingin memperbaiki hubungan dengan Pyongyang. Korea Utara selama ini menolak dialog dan bereaksi keras terhadap kebijakan garis keras Yoon.
Namun, Kim Yo-jong, adik berpengaruh Kim Jong-un, menolak ajakan pemerintahan Lee pada akhir Juli, menyebut Seoul memiliki “kepercayaan buta” pada aliansinya dengan Amerika Serikat, sehingga tak berbeda dengan pemerintahan konservatif sebelumnya. Ia juga menepis niat pemerintahan Trump untuk melanjutkan diplomasi denuklirisasi, menandakan Pyongyang kini lebih fokus memperkuat hubungan dengan Rusia di tengah perang Ukraina.
Ketegangan antar-Korea diperkirakan bisa kembali meningkat akhir bulan ini saat Korea Selatan dan Amerika Serikat melaksanakan latihan militer gabungan berskala besar mulai 18 Agustus. Korea Utara kerap menyebut latihan itu sebagai gladi bersih invasi dan sering menggunakannya sebagai alasan untuk menggelar uji coba senjata dan demonstrasi militer yang bertujuan memperkuat program nuklirnya.
Baca juga: Korea Selatan Selesai Bongkar Semua Pengeras Suara di Perbatasan Korea Utara