Polisi Nepal berupaya membubarkan massa yang melakukan protes. Foto: BBC
Fajar Nugraha • 11 September 2025 05:38
Kathmandu: Lebih dari 13.500 tahanan melarikan diri dari penjara di seluruh negeri di Nepal. Sementara tentara Nepal berhasil untuk merebut kembali kendali terhadap Ibu Kota Kathmandu.
Aksi protes yang berujung pada kekerasan terburuk dalam dua dekade telah menewaskan 30 orang, memaksa seorang perdana menteri lengser, dan menyebabkan gedung-gedung penting, termasuk parlemen negara, rusak parah.
Tentara berpatroli di jalan-jalan ibu kota dalam upaya mengakhiri protes mematikan minggu ini, di mana polisi mengatakan lebih dari 13.500 tahanan melarikan diri dari penjara di seluruh negeri.
Kementerian Kesehatan Nepal mengatakan pada Rabu 10 September 2025 waktu setempat bahwa selain 30 orang yang tewas dalam kerusuhan di seluruh negeri, 1.033 orang terluka.
Angkutan pengangkut personel lapis baja bergemuruh melewati reruntuhan kendaraan dan bangunan yang terbakar di jalan-jalan yang sebagian besar sepi, dengan petugas mengeluarkan perintah melalui pengeras suara yang menyerukan ketenangan selama kekosongan politik.
Kedamaian yang relatif juga memungkinkan dimulainya negosiasi antara para pemimpin protes dan tentara, tetapi belum ada keputusan yang mengikat yang dicapai hingga akhir Rabu.
Panglima Angkatan Darat Nepal, Jenderal Ashok Raj Sigdel, mengadakan konsultasi dengan para pemangku kepentingan terkait dan pertemuan dengan perwakilan Gen Z. Itu merujuk pada sebutan umum para pengunjuk rasa muda, tetapi tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Shushila Karki, 73, mantan Ketua Mahkamah Agung yang banyak dianggap sebagai calon pemimpin sementara, mengatakan dialog antar partai sangat penting.
"Para ahli perlu bersatu untuk mencari jalan ke depan," ujar Karki kepada AFP.
"Parlemen masih berdiri,” ujar Karki.