Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: Metrotvnews.com/Kautsar.
Jakarta: Pasar keuangan disebut masih menaruh perhatian pada kesinambungan disiplin fiskal. Fokus utama tertuju pada strategi baru pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi di tengah perlambatan global.
Analis Macquarie, Ari Jahja, menyebut eksekusi kebijakan akan menjadi penentu. Ia menegaskan pentingnya menjaga kredibilitas anggaran dan konsistensi terhadap defisit maksimal tiga persen dari PDB.
“Pasar kini menaruh perhatian pada kesinambungan disiplin fiskal, sembari menantikan strategi baru dari Menkeu (Purbaya Yudhi Sadewa) yang ditunjuk di tengah perlambatan ekonomi,” ungkap Ari dalam risetnya, Selasa, 9 September 2025.
Ia menilai arus modal asing tetap rentan terhadap kecepatan reformasi struktural. Pada Agustus, arus masuk asing tercatat mencapai US$675 juta, namun keberlanjutannya masih dipertanyakan.
“Mobilitas masyarakat meningkat seiring meredanya gelombang demonstrasi, tetapi dalam jangka menengah masih ada pertanyaan terkait kecepatan eksekusi reformasi struktural,” jelas Ari.
Dari sisi belanja negara, realisasi di paruh kedua tahun ini disebut krusial. Pemerintah diprediksi akan mempercepat belanja guna menopang pertumbuhan ekonomi di tengah risiko pelebaran defisit.
“Kenaikan belanja pemerintah pada paruh kedua 2025 dibandingkan paruh pertama akan krusial untuk mendukung pertumbuhan. Defisit fiskal diperkirakan melebar hingga Juli 2025,” sebut Ari.
Selain itu, perhatian juga mengarah pada penciptaan lapangan kerja baru dan penguatan investasi BUMN. Kedua faktor ini dipandang penting untuk menahan potensi perlambatan investasi swasta.
“Pasar juga menanti penciptaan lapangan kerja baru dan peningkatan belanja modal BUMN, di tengah potensi perlambatan investasi swasta,” tambah Ari.
Dari sisi moneter, stabilitas rupiah menjadi sorotan. Bank Indonesia diperkirakan terus menjaga pasar di tengah turunnya cadangan devisa.
“Cadangan devisa turun ke US$150,7 miliar pada Agustus (setara 6,3 bulan impor), terendah sejak November 2024,” kata Ari.
Secara umum, arah reformasi tetap dianggap sebagai kunci keberhasilan. Pasar disebut masih menunggu dorongan struktural yang lebih tegas untuk mendorong daya saing nasional.
“Pasar menunggu dorongan lebih jauh pada langkah-langkah struktural guna meningkatkan daya saing: mulai dari peningkatan rasio pajak, belanja yang lebih terarah, eksekusi program prioritas yang lebih baik, hingga kemudahan berusaha,” tutur Ari.
Ia menambahkan, pasar obligasi pemerintah menunjukkan tren positif, namun pasar saham justru mencatat arus keluar. Investor pun disarankan berhati-hati dalam memilih portofolio.
“Kami menyarankan sikap defensif untuk saat ini; pilih saham dengan neraca keuangan kuat, dividen tinggi, serta potensi turnaround,” pungkasnya.