Masjid Tuha Berusia 300 Tahun di Pedalaman Aceh Bersolek Sambut Ramadan

Pidie: Masjid Tuha atau Masjid Kuno di Kemukiman Mangki, Kecamatan Simpang Tiga, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, jarang diketahui orang. Letak Masjid yang berusia sekitar tiga ratus tahun itu agak tersembunyi atau jauh dari jalan raya.

Keberadaannya jauh dari hiruk-pikuk Kota Sigli, Ibu kota Kabupaten Pidie. Lokasi geografis sekitar 5 km sebelah selatan perairan Selat Malaka, 7 km arah timur Kota Sigli dan sekitar 130 km timur Banda Aceh, Ibu kota Provinsi Aceh. 

Masjid itu juga jauh dari keramaian penduduk Gampong (Desa) Padang. Untuk menuju Masjid Kuno harus menyusuri lorong selebar 3 meter dan masuk kawasan hutan pepohonan rimbun persis di pinggiran sawah yang luas membentang. 

Tidak ada nama khusus tempat ibadah ini, tapi warga sekitar menyebutnya Masjid Tuha karena sudah berusia ratusan tahun. Masji ini diperkirakan dibangun antara abad ke-17 atau 18 Masehi. 

Menjelang Ramadan 1446 H/2025 M, masyarakat Kemukiman Mangki, Kecamatan Simpang Tiga, bergotong royong merapihkan masjid. Kemudian, membersihkan pekarangan termasuk menata taman bunga di sekitar masjid. 

"Ini dalam rangka menyambut Ramadan dan sebagaimana sudah berlangsung tiga tahun terakhir, setiap menggelar salat jemaah tarawih. Ada juga berbuka bersama sesama jemaah dan tadarus Al-quran hingga menjelang waktu sahur" tutur Musallamina, tokoh masyarakat Kecamatan Simpang Tiga, kepada Media Indonesia, Kamis, 20 Februari 2025.

Sebelumnya, masjid ini bekontruksi kayu terukir dengan gaya klasik. Masjid Tuha sempat tidak aktif sejak sekitar tahun 70-an setelah di bangun masjid baru di pinggir jalan raya, berkisar 200 meter sebelah timur. 

Tapi, pada 20 Januari 2020, masjid dibangun kembali dengan konstruksi beton model minimalis. Mussalamina yang juga Sekretaris Dinas Perumahan Rakyat dan Permukiman Kabupaten Pidie itu merancang kembali model terbaru yang tampak tinggi dan kokoh. 

Menariknya masjid mungil berkapasitas sekitar 50 orang itu kini tampak cukup mewah dan indah, bak istana kecil. Dalam tiga pekan terakhir, masjid sudah dipasang ambal atau permadani produk Turky seharga Rp1.700.000/meter, serta menggunakan lampu hias dibawah kubah. 

Belum lagi lampu tempat mihrab atau persis di bagian atas posisi berdiri imam salat cukup menakjubkan. Aksesoris itu juga  produk negara-negara Arab seperti Maroko atau Turky yang kuaalitas dan keindahannya sesuai harga. 

"Aksesoris dan ambal permadani produk luar negeri ini kami pesan khusus melalui dialer. Keindahan ini untuk kepuasan donatur dan kenyamanan jemaah saat beribadah" kata Musallamina yang juga Insinyur Teknik Sipil jebolan USK Banda Aceh. 

Dia menerangkan meski kaya kemewahan dan kemolekan, masjid milik masyakat Mangki itu bukan bukan hanya untuk salat Jumat. Tapi bisa digunakan untuk iktikaf, salat berjemaah, dan agenda ramadan.

Hal paling penting, kata dia, Masjid Tuha bisa merangkul para anak muda di pedamalam untuk mencintai masjid. Setidaknya, kata dia, generasi selanjutnya bakal salat berjemaah dengan penuh berkah, khususnya saat ramadan. 

Usman, 75, tetua pemukiman Mangki menuturkan pada semasa remajanya, masjid kuno itu dibangun sengaja jauh dar hiruk-pikuk agar tidak terdeteksi penjajah kolonial Belanda. Hal ini, kata dia, juga agar para tokoh, ulama, dan pejuang bangsa tidak terganggu para penjajah saat beribadah. 

Dulu, kata dia, Masjid Tuha berkonstruksi dinding papan dan tiang terbuat dari pohon-pohon. Setiap ramadan, Masjid Tuha dijadikan sebagai tempat ibadah suluk.

"Sebelum masjid ini dipugar bekontruksi beton, sekitar empat tahun lalu orang-orang sekitar sering melihat seperti ada orang suluk di tengah kegelapan malam. Bahkan mendengar sayup-sayup suara orang berzikir dan bertahmid di kegelapan sunyi" tutur warga lainnya. (MI/AMIRUDDIN ABDULLAH REUBEE)