Negosiasi Tarif Trump, Pertamina Bakal Full Impor Minyak Mentah dari AS

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri. Foto: MI/Insi.

Negosiasi Tarif Trump, Pertamina Bakal Full Impor Minyak Mentah dari AS

Insi Nantika Jelita • 14 June 2025 15:09

Jakarta: Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri mengungkapkan pihaknya berencana melakukan pergeseran (shifting) sumber impor minyak mentah (crude) dari beberapa negara ke Amerika Serikat (AS). Langkah ini merupakan bagian dari upaya strategis untuk meminimalkan defisit perdagangan Indonesia dengan AS.

"Jadi ini bukan berarti menambah volume impor dari Amerika, tapi lebih kepada shifting impor crude ke Amerika Serikat," ujar Simon dalam Media Briefing Capaian Kinerja Pertamina 2024 di Grha Pertamina, Jakarta, dikutip Sabtu, 14 Juni 2025.

Dia menjelaskan langkah tersebut sejalan dengan arah pemerintah Indonesia dalam konteks negosiasi dengan AS pascapemberlakuan kebijakan tarif impor Presiden AS Donald Trump. "Ini merupakan bagian dari arahan pemerintah terkait negosiasi dengan AS," aku dia.

Meskipun demikian, pemerintah masih mengkaji lebih lanjut negara mana saja yang impornya akan dialihkan ke AS. Simon menjelaskan, dalam shifting impor minyak mentah juga mempertimbangkan berbagai faktor seperti waktu pengiriman, biaya logistik, hingga harga minyak yang ditawarkan oleh AS. 

Simon optimistis melalui dukungan dan negosiasi pemerintah, Pertamina dapat memperoleh solusi terbaik dalam jangka panjang, termasuk mendapatkan harga minyak yang lebih kompetitif. "Kami selalu mendukung pemerintah dalam meningkatkan transaksi perdagangan dengan AS," tambah dia.
 

Baca juga: Pertamina Cetak Pendapatan Rp1.194 Triliun di 2024


(Ilustrasi. Foto: Unsplash)
 

Susun strategi mitigasi di tengah dinamika global


Di kesempatan yang sama, Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini menyampaikan kondisi global pada 2025 diperkirakan akan mengalami pelambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Ia menyebutkan hampir seluruh indikator, mulai dari harga minyak brent, harga crude, hingga mean of platts Singapore (MOPS), menunjukkan tren penurunan.

"Secara year-on-year, proyeksi 2025 dibandingkan 2024 mengalami pelambatan. Namun, kami sedang menyusun strategi mitigasi di semester kedua tahun ini agar tetap adaptif terhadap dinamika global," jelas Emma.

Emma menambahkan harga minyak Brent yang saat ini sudah turun ke kisaran USD70 per barel, bahkan menyentuh USD62 per Mei 2024, menekan sektor hulu secara signifikan. Tekanan ini tidak hanya berdampak pada pendapatan hulu, tetapi juga terhadap keberlangsungan investasi dan pengelolaan aset migas. 

"Maka dari itu, dibutuhkan langkah-langkah regulasi yang fundamental agar target produksi satu juta barel per hari 2028 tidak terhambat," tegas dia.

Pertamina, lanjut Emma, akan terus berkoordinasi dengan pemerintah untuk merespons volatilitas harga minyak global, termasuk mendorong reformasi kerangka regulasi di sektor hulu migas. Hal ini dinilai krusial guna menjaga keberlanjutan produksi dan mempercepat pencapaian target nasional.

Meski menghadapi tantangan harga, Pertamina tetap menjaga kinerja produksi migas nasional. Sepanjang 2024, produksi minyak dan gas bumi (migas) tetap solid di angka satu juta barrel oil equivalent per day (boepd). Sementara itu, produksi BBM dari kilang dalam negeri mampu memenuhi 70 persen kebutuhan nasional, bahkan avtur dan diesel seluruhnya dipasok dari kilang domestik.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)