Presiden Taiwan Lai Ching-te. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 21 May 2025 06:28
Taipei: Presiden Taiwan Lai Ching-te menegaskan bahwa negaranya menginginkan perdamaian dan dialog dengan Tiongkok, namun memperkuat pertahanan tetap menjadi prioritas utama di tengah meningkatnya tekanan militer Beijing. Pernyataan itu disampaikan saat Lai menandai satu tahun masa jabatannya sebagai presiden pada Selasa, 20 Mei 2025.
“Rakyat Taiwan mencintai perdamaian. Saya pun berkomitmen pada perdamaian karena perang tidak membawa pemenang,” kata Lai dalam konferensi pers di kantor kepresidenan di Taipei.
“Namun dalam mengejar perdamaian, kita tidak boleh hidup dalam mimpi atau ilusi,” sambungnya, melansir dari Times LIVE.
Pernyataan tersebut muncul di tengah kekhawatiran bahwa Tiongkok bisa memperingati ulang tahun kepemimpinan Lai dengan latihan militer baru. Seorang juru bicara pemerintah Taiwan pekan lalu mengungkapkan tidak menutup kemungkinan adanya manuver militer dari Beijing sebagai respons simbolik.
Tiongkok selama ini melabeli Lai sebagai “separatis” dan menolak tawaran dialognya. Beijing mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya, sementara Lai secara tegas menolak klaim tersebut, dengan menyatakan hanya rakyat Taiwan yang berhak menentukan masa depan mereka.
Dalam pidatonya, Lai menyatakan bahwa kesiapan militer adalah bentuk perlindungan terbaik.
“Persiapan menghadapi perang adalah cara terbaik untuk menghindarinya,” tegasnya. Ia juga membuka pintu bagi kerja sama lintas selat asalkan dengan “martabat yang setara”.
“Taiwan dengan senang hati menjalin pertukaran dan kerja sama dengan Tiongkok selama ada saling menghargai. Gunakan pertukaran untuk menggantikan pengepungan, dan dialog untuk menggantikan konfrontasi,” tutur Lai.
Tiongkok belum memberikan tanggapan resmi atas pernyataan terbaru Lai. Namun, Kementerian Pertahanan Tiongkok pekan lalu menyebut Presiden Taiwan sebagai “pengacau krisis di Selat Taiwan” yang justru meningkatkan ketegangan dan mengancam stabilitas kawasan.
Sejak pelantikan Lai pada Mei 2024, Beijing telah menggelar dua rangkaian latihan militer besar di sekitar Taiwan, masing-masing bertajuk Joint Sword-2024A dan Joint Sword-2024B.
Latihan paling anyar, “Strait Thunder-2025A,” berlangsung bulan lalu, dengan akhiran “A” yang mengisyaratkan kemungkinan adanya seri lanjutan.
Latihan tersebut secara luas dipandang sebagai bentuk tekanan militer untuk mengisolasi Taiwan secara diplomatik dan mempersulit upaya pemerintah Taipei memperluas hubungan internasionalnya. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Puluhan Pesawat dan Kapal Perang Tiongkok Terdeteksi di Dekat Taiwan