Ketegangan AS-Tiongkok Mereda, Bos BI Ramal Ekonomi Global Membaik Jadi 3,0%

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo. Foto: Tangkapan layar Konpers RDG Bulanan Mei 2025.

Ketegangan AS-Tiongkok Mereda, Bos BI Ramal Ekonomi Global Membaik Jadi 3,0%

Husen Miftahudin • 21 May 2025 15:58

Jakarta: Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan ketidakpastian perekonomian global sedikit mereda dengan adanya kesepakatan sementara antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok untuk menurunkan tarif impor selama 90 hari.

"Perkembangan ini mengakibatkan lebih baiknya prospek perekonomian dunia bila dibandingkan dengan proyeksi April 2025 dari sebelumnya 2,9 persen menjadi 3,0 persen," ucap Perry dalam Pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan Periode Mei 2025 di Jakarta, Rabu, 21 Mei 2025.

Perry melanjutkan, pertumbuhan ekonomi AS dan Tiongkok diprakirakan lebih baik dari proyeksi April 2025, yang kemudian berdampak positif pada berbagai negara lain termasuk Eropa, Jepang, dan India.

Penurunan tarif diprakirakan juga menurunkan proyeksi inflasi AS, sehingga mendorong tetap kuatnya ekspektasi penurunan Fed Funds Rate (FFR). Sementara itu, yield US Treasury lebih tinggi dari prakiraan sejalan dengan meningkatnya risiko kesinambungan fiskal AS.
 

Baca juga: Mau Hadapi Dominasi Ekonomi AS, Emang BRICS Mampu?


(Ilustrasi ekonomi global. Foto: RBS)
 

Dolar AS melemah


Di pasar keuangan global, pergeseran aliran modal dari AS ke negara dan aset yang dianggap aman (safe haven asset) masih berlanjut dan mulai diikuti dengan peningkatan aliran modal ke emerging markets (EM).

"Akibatnya, indeks mata uang dolar AS terhadap negara maju (DXY) terus melemah dan diikuti pelemahan juga terhadap mata uang negara berkembang di Asia (ADXY)," jelas Perry.

Namun demikian, ungkap Perry, ke depan perkembangan negosiasi tarif impor antara AS dengan Tiongkok dan negara-negara lain masih dinamis sehingga ketidakpastian perekonomian global tetap tinggi.

"Kondisi ini memerlukan kewaspadaan serta penguatan respons dan koordinasi kebijakan untuk menjaga ketahanan eksternal, mengendalikan stabilitas, dan mendorong pertumbuhan ekonomi di dalam negeri," tutur dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)