Menteri Luar Negeri Sugiono dalam pertemuan menlu ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu, 25 Oktober 2025. (Kemenlu RI)
Willy Haryono • 25 October 2025 14:43
Kuala Lumpur: Menteri Luar Negeri Sugiono menegaskan pentingnya memperkuat fondasi, persatuan, dan sentralitas ASEAN dalam menghadapi lanskap global yang kian kompleks dan tidak menentu. Hal itu disampaikan dalam pertemuan para menteri luar negeri ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, Sabtu, 25 Oktober 2025.
Dalam pidatonya, Menlu Sugiono lebih dulu menyampaikan belasungkawa mendalam kepada keluarga kerajaan, pemerintah, dan rakyat Thailand atas wafatnya Ratu Ibu Sirikit. Ia juga menyambut hangat bergabungnya Duta Besar Sihasak Phuangketkeow dalam keluarga besar ASEAN.
“Berkali-kali, kesatuan dan sentralitas ASEAN telah menuntun kita melewati berbagai tantangan dengan ketahanan dan tekad yang kuat,” ujar Menlu Sugiono, dalam keterangan di situs Kemenlu RI.
Ia mencontohkan keberhasilan mediasi ASEAN di bawah kepemimpinan Malaysia dalam mendorong gencatan senjata antara dua pihak yang berkonflik di kawasan. Indonesia, kata dia, mendukung peran ASEAN dalam memantau implementasi kesepakatan tersebut sembari menghormati kepemilikan para pihak terkait.
Menlu Sugiono menekankan bahwa dinamika kawasan dan global yang kian tidak terduga menuntut ASEAN untuk memperkuat mekanisme internal dan memperdalam kemitraan eksternal. Ia menyoroti momentum peringatan 50 tahun Treaty of Amity and Cooperation (TAC) pada 2026 sebagai kesempatan untuk memastikan perjanjian tersebut tetap relevan dalam menjawab tantangan masa kini dan masa depan.
Mengenai situasi di Myanmar, Menlu Sugiono mengakui bahwa kemajuan implementasi Lima Poin Konsensus masih terbatas. Meski demikian, ia menegaskan bahwa konsensus tersebut tetap menjadi acuan utama dalam menyelesaikan krisis.
Indonesia, menurutnya, mendukung secara prinsip usulan pembentukan ASEAN Special Envoy dengan mandat multi-tahun untuk menjaga kesinambungan keterlibatan ASEAN.
Terkait rencana pemilu di Myanmar pada Desember mendatang, Menlu Sugiono menilai ASEAN perlu berhati-hati dalam menentukan posisi kolektif. Ia membuka kemungkinan pembentukan ASEAN Observer Team dengan mandat terbatas untuk mengamati jalannya pemilu tanpa memberikan pengakuan atau legitimasi terhadap hasilnya.
Dalam konteks hubungan eksternal, Menlu Sugiono menyoroti perlunya pendekatan yang seimbang dan berorientasi masa depan dalam memperluas kemitraan dialog. Ia menyebut Indonesia mempertimbangkan secara positif permohonan Turki sebagai mitra dialog ASEAN dan menyarankan pelibatan melalui mekanisme bilateral terbuka sambil menunggu keputusan resmi.
“Langkah ini menunjukkan bahwa ASEAN mampu merespons dinamika regional dan global secara adaptif,” ujarnya.
Menlu Sugiono juga menyambut baik pembahasan tentang peningkatan kerja sama dengan Papua Nugini serta kesiapan ASEAN menyambut Timor-Leste sebagai anggota ke-11 dalam KTT ke-47 ASEAN mendatang.
Menlu Sugiono menutup pidatonya dengan menyerukan pentingnya menjaga arah bersama ASEAN di tengah ketidakpastian global.
“Baik dalam isu TAC, Myanmar, hubungan eksternal, maupun Timor-Leste, tujuan kolektif kita tetap satu: memperkuat persatuan dan sentralitas ASEAN di tengah dinamika dunia,” tegasnya.
Baca juga: Indonesia Serukan ASEAN yang Lebih Fleksibel dan Strategis Hadapi Perubahan Global