RI Berpeluang Kena Tarif Impor AS Gegara Masuk BRICS

Ilustrasi ekspor impor RI masih naik di Maret 2020 - - Foto: dok MI

RI Berpeluang Kena Tarif Impor AS Gegara Masuk BRICS

Insi Nantika Jelita • 9 March 2025 19:22

Jakarta: Ketua Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (Himki) Abdul Sobur mengungkapkan adanya potensi Indonesia dikenakan tarif impor oleh Amerika Serikat (AS). Pernyataan tersebut diperoleh setelah Sobur bertanya langsung kepada Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso dalam acara Indonesia International Furniture Expo (IFEX) 2025 yang digelar di Jakarta International Expo (JIExpo) Kemayoran, Jakarta, Jumat (7/3).

Sobur menjelaskan potensi pengenaan tarif disebabkan Indonesia tidak memiliki perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA) dengan AS. Di sisi lain, Indonesia kini menjadi anggota blok ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan atau BRICS.

"Saya tanya langsung ke Mendag, katanya belum ada sampai saat ini (soal tarif impor). Tapi, (kata Mendag) nada-nadanya sih Indonesia bisa dikenakan tarif. Kita kan tidak punya FTA dengan AS, ini rawan sekali," ujar Sobur dalam Penutupan IFEX 2025 di JIEXpo, Minggu, 9 Maret 2025.

Pengusaha mebel pun mengaku ketar-ketir mengenai peluang Indonesia dikenakan tarif impor dari Presiden AS Donald Trump. "Ketika misalnya Trump membuat semacam balasan, 'You kan Indonesia sudah masuk BRICS, kalau gitu kita berikan (tarif impor)', mati lah kita pak," kata Sobur.

Menurut Ketua Himki itu, pengenaan tarif impor AS diberlakukan secara merata bagi semua mitra dagang yang dianggap mengancam kepentingan politik maupun ekonomi Negara Paman Sam.

Ini terlihat dari keputusan Trump pada Selasa (4/3), yang menaikkan tarif impor pada barang dari Tiongkok menjadi sebesar 20 persen. Pengenaan tarif juga diterapkan pada barang-barang impor dari Kanada dan Meksiko sebesar 25 persen.

"Kebijakan AS ini seperti memberikan ekualitas kepada siapapun mitra dagangnya. Meksiko, Kanada sudah dibantai, Tiongkok juga dihantam," ucap Sobur.
 

Baca juga: Trump Tunda Sementara Tarif untuk Meksiko hingga 2 April


(Menteri Luar Negeri Sugiono dalam pertemuan BRICS di Kazan, Rusia: Foto: Instagram)
 

Berharap permintaan ekspor furnitur masih 'meluber'


Sementara, Co-Founder & Design Director Djalin Furniture Sita Fitriana mengaku menaruh perhatian mengenai potensi dampak perang dagang AS dengan mitra lainnya. Pasalnya, secara komposisi penjualan produk furnitur rotan Djalin lebih besar ke pasar ekspor dengan Asia, Eropa, dan AS sebagai pangsa utama. 

"Kita sebetulnya agak concern (perhatian) dengan isu ini. Buyers kita banyak dari AS, Eropa, dan Asia," ucap dia. 

Kendati di tengah ketidakpastian global dan pelemahan daya beli masyarakat, Sita berharap permintaan ekspor furnitur dari Indonesia masih terus melaju.

"Harapannya supaya market global furnitur tidak terlalu terdampak besar. Kita masih optimistis industri ini masih berkembang baik ke depannya," ucap dia.

Diketahui, IFEX merupakan salah satu pameran furnitur dan kerajinan internasional terbesar. Pameran tahun ini menghubungkan lebih dari 12 ribu buyers atau pembeli dari dalam negeri maupun mancanegara.

Himki mencatat selama empat hari pergelaran IFEX 2025 dari Kamis-Minggu, 6-9 Maret 2025, tercatat transaksi on the spot mencapai USD350 juta atau setara Rp5,7 triliun (kurs Rp16.294). Angka ini lebih tinggi dari capaian tahun lalu yang sebesar USD300 juta.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)