Kondisi di salah satu sudut di sebuah kilang minyak. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 3 August 2025 14:36
New Delhi: Pemerintah India akan tetap melanjutkan impor minyak dari Rusia meski mendapat ancaman sanksi dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, demikian disampaikan dua sumber pemerintah India kepada kantor berita Reuters, Sabtu, 2 Agustus. Kedua sumber meminta identitas mereka dirahasiakan karena sensitivitas isu tersebut.
Trump sebelumnya mengumumkan tarif baru sebesar 25 persen untuk ekspor India ke AS. Dalam sebuah unggahan di Truth Social bulan lalu, Trump juga mengisyaratkan bahwa India akan dikenakan sanksi tambahan jika tetap membeli senjata dan minyak dari Rusia.
Ia bahkan mengatakan kepada awak media bahwa dirinya mendengar India akan berhenti membeli minyak dari Moskow.
Namun, sumber-sumber India membantah kabar tersebut dan menegaskan tidak ada perubahan kebijakan dalam waktu dekat.
“Kontrak minyak ini bersifat jangka panjang,” ujar salah satu sumber. “Tidak semudah itu menghentikannya secara mendadak,” lanjut dia, dikutip dari The Korea Herald, Minggu, 3 Agustus 2025.
Sumber lain menambahkan bahwa impor minyak dari Rusia justru membantu menjaga harga minyak global tetap stabil, meski ada berbagai pembatasan dari negara-negara Barat terhadap sektor energi Rusia.
Tidak seperti minyak Iran atau Venezuela, minyak mentah Rusia tidak berada di bawah sanksi langsung, dan India membelinya di bawah batas harga yang ditetapkan Uni Eropa.
The New York Times juga melaporkan hal serupa berdasarkan keterangan dua pejabat senior India yang tidak disebutkan namanya. Mereka menyatakan tidak ada perubahan dalam kebijakan pembelian minyak pemerintah India.
Pemerintah India belum memberikan pernyataan resmi kepada Reuters terkait kebijakan energi mereka. Namun, dalam konferensi pers reguler pada Jumat lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri Randhir Jaiswal mengatakan bahwa India memiliki “kemitraan yang stabil dan telah teruji waktu” dengan Rusia.
“Soal kebutuhan energi kami... kami melihat apa yang tersedia di pasar, apa yang ditawarkan, dan mempertimbangkan situasi global saat ini,” ucap Jaiswal.
Gedung Putih belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari Reuters.