Wilayah Baoshan di Provinsi Yunnan adalah pusat kopi terbesar di Tiongkok. Foto: NasDem
Fajar Nugraha • 17 November 2025 15:02
Baoshan: Tidak banyak yang mengetahui bahwa wilayah Baoshan di Provinsi Yunnan adalah pusat kopi terbesar di Tiongkok, menopang lebih dari 95% produksi kopi nasional. Di kawasan inilah Baoshan Zhongka Food Company beroperasi sebagai salah satu simpul terpenting dalam rantai nilai kopi Yunnan, yang menghubungkan petani, industri pengolahan, laboratorium sensorik, hingga pasar domestik dan internasional.
Bagi Delegasi Partai NasDem, kunjungan ini memperlihatkan bagaimana kopi dikelola bukan hanya sebagai hasil pertanian, tetapi sebagai ekosistem industri. Zhongka memproses kopi melalui rantai terintegrasi, yaitu pembelian biji dari petani, pengolahan metode washed, standardisasi kualitas, pengeringan terukur, roasting profesional, hingga pengemasan produk siap pasar.
Integrasi inilah yang menjadi fondasi agricultural industrialization, di mana nilai tambah terbesar dari kopi tidak lagi hilang di hilir, tetapi tetap berada di daerah produksi.
Ketua Delegasi, Rio Okto Mendrino Waas, menilai sistem ini sangat relevan bagi pengembangan kopi Indonesia.
“Yang ditampilkan Zhongka adalah contoh bagaimana petani naik kelas. Nilai tambah tidak berhenti di kebun. Ada laboratorium, ada standar kualitas, ada branding, dan semua proses itu dikerjakan di daerah. Indonesia punya potensi kopi yang luar biasa, dan model seperti ini bisa sangat memperkuat ekonomi petani kopi,” ujar Rio.
Namun, Indonesia perlu memperkuat aspek pengolahan pasca panen, konsistensi kualitas, dan pengorganisasian rantai pasok untuk dapat bersaing di pasar premium dunia.
Di sisi lain, Damianus Bilo, Staf Khusus Ketua Umum Partai NasDem, memberikan analisis yang lebih personal sekaligus mendalam. Damianus berasal dari Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, wilayah yang menjadi rumah bagi salah satu kopi terbaik Indonesia, yaitu Bajawa.
“Sebagai putra Ngada, saya melihat langsung bagaimana kopi Bajawa memiliki karakter unik, yaitu aroma floral, body halus, dan cita rasa yang memiliki kedalaman budaya. Ketika saya melihat Baoshan, saya melihat perjalanan yang semestinya bisa dicapai Bajawa, yakni lompatan besar dari kopi tradisional menjadi industri terpadu seperti Zhongka,” ujar Damianus.
Damianus menambahkan bahwa kopi Baoshan dan Bajawa memiliki banyak kesamaan mendasar, yaitu keduanya tumbuh di tanah vulkanik, dikelilingi budaya agraris yang kuat, dan memiliki narasi komunitas yang sangat kaya. Namun Baoshan telah mengeksekusi sistem industrialisasi yang lebih terstruktur.
“Perbedaan utamanya adalah pada ekosistem. Baoshan sudah memiliki traceability yang kuat, quality control berbasis data, laboratorium sensorik terintegrasi, dan alur pemasaran yang seragam. Ini industrialisasi yang membuat petani lebih stabil. Jika Bajawa memiliki sistem seperti ini, saya yakin kopi Indonesia Timur bisa menjadi pusat kopi dunia,” jelas Damianus.
Damianus juga menekankan bahwa industrialisasi bukan sekadar soal teknologi, tetapi soal cara memproses identitas dan budaya ke dalam ekonomi modern.
“Zhongka memproses kopi, tetapi pada saat yang sama memproses cerita tentang tanah, masyarakat, dan sejarah panjang kopi Baoshan. Indonesia juga punya cerita yang tak kalah kaya. Jika kita mengolah narasi budaya itu dengan benar, misalnya di Bajawa, Toraja, Gayo, Kintamani maka kopi bukan hanya menjadi komoditas, tetapi identitas ekonomi bangsa,” sebut Damianus.
Kunjungan Delegasi NasDem ke Baoshan Zhongka Food Company menjadi salah satu studi strategis dalam rangkaian agenda di Tiongkok. Pengalaman ini memperkuat keyakinan bahwa dalam merestorasi Indonesia perlu menempatkan komoditas nasional terutama kopi sebagai ekosistem terintegrasi, bukan produk tunggal. Industrialisasi yang memadukan petani, teknologi, budaya, dan pasar adalah jalan menuju kesejahteraan yang lebih adil dan berkelanjutan.
Kunjungan ini menjadi salah satu rangkaian program multinegara ASEAN di Tiongkok, pada 12–19 November 2025, termasuk delegasi Partai NasDem yang mencakup dialog politik, kunjungan pusat riset, diplomasi kebudayaan, yang sepenuhnya difasilitasi oleh IDCPC.