BRIN Dorong Penguatan Riset Imunoterapi untuk Pengobatan Kanker di Indonesia

Ilustrasi BRIN. Dok istimewa

BRIN Dorong Penguatan Riset Imunoterapi untuk Pengobatan Kanker di Indonesia

Atalya Puspa • 12 October 2025 11:14

Jakarta: Imunoterapi menjadi salah satu terobosan paling menjanjikan dalam pengobatan kanker modern. Berbeda dari terapi konvensional yang berfokus menghancurkan sel kanker secara langsung, pendekatan ini mengoptimalkan sistem imun tubuh agar mampu mengenali dan melawan sel ganas dengan lebih efektif.

“Imunoterapi kanker adalah revolusi dalam dunia onkologi. Pendekatan ini tidak hanya menyerang sel kanker, tetapi juga mengaktifkan mekanisme alami tubuh,” ujar Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN, Ni Luh Putu Indi Dharmayanti, Jakarta, Minggu, 12 Oktober 2025.

Indi menekankan pentingnya kolaborasi lintas bidang dalam mempercepat penerapan imunoterapi. “Tantangannya adalah menjembatani hasil riset dengan penerapan klinis, agar terapi ini bisa diakses lebih luas oleh masyarakat,” kata Indi.

Peneliti Pusat Riset Biomedis BRIN, Bugi Ratno Budiarto, memaparkan temuan terbarunya yang menunjukkan hubungan antara mekanisme perbaikan DNA (DNA Damage Response atau DDR) dan aktivitas sel T sitotoksik (CD8) yang berperan penting dalam menghancurkan tumor. Menurut dia, ketika sel imun terpapar antigen berulang kali, terjadi kondisi “kelelahan” yang memicu aktivasi protein DDR seperti ATR dan ATM.

“Menariknya, ketika diferensiasi menuju kelelahan ini dihambat melalui inhibitor DDR, aktivitas molekul efektor seperti TNF-? dan interferon meningkat signifikan. Artinya, pengaturan jalur DDR bisa menjadi strategi baru untuk menjaga daya serang sel imun terhadap tumor,” ujar Bugi.
 

Baca Juga: 

Eliminasi Kanker Serviks, Kemenkes Perluas Vaksinasi HPV


Temuan tersebut membuka peluang pengembangan terapi kombinasi baru berbasis modulasi DDR, sekaligus memperluas pemahaman tentang cara sistem imun beradaptasi terhadap stres seluler.

Bugi menjelaskan hasil riset lanjutannya dengan multiplex spatial proteomics, menunjukkan sel CD8 yang mengalami kelelahan justru aktif berinteraksi dengan sel imun lain di lingkungan tumor. 

“Analisis spasial memperlihatkan bahwa posisi dan interaksi antarsel sama pentingnya dengan jumlah sel imun, karena keduanya memengaruhi prognosis pasien dan respons terhadap imunoterapi,” tambah Bugi.

Riset Biomedis


Kepala Pusat Riset Biomedis BRIN, Sunarno, menegaskan kekuatan riset biomedis tidak hanya terletak pada hasil laboratorium, tetapi pada dampaknya bagi masyarakat. 

“Perjalanan imunoterapi dari laboratorium ke rumah sakit mencerminkan esensi sains translasi. BRIN berkomitmen memastikan riset biomedis memberi solusi konkret yang meningkatkan kualitas hidup manusia,” ujar Sunarno.

Dari sisi praktik klinis, dokter Edi Setiawan Tehuteru dari Rumah Sakit Mayapada Tangerang membagikan pengalamannya dalam penggunaan imunoterapi dan transplantasi sel punca. 

Menurut dia, pendekatan ini telah memberikan hasil signifikan dalam meningkatkan angka kesembuhan pasien leukemia anak di Indonesia.

Sementara itu, Senior Consultant Malaysia Association for Cell and Gene Therapy, Lim Teck Onn, menyoroti kemajuan terapi genetik berbasis CAR-T cell yang memungkinkan sel imun tubuh dimodifikasi untuk mengenali dan menghancurkan sel abnormal.

Melalui forum ini, BRIN menegaskan komitmennya memperkuat riset biomedis nasional serta membangun ekosistem kolaborasi internasional. Upaya ini sejalan dengan visi BRIN untuk menjadikan riset kesehatan sebagai fondasi inovasi dan kemandirian bangsa di bidang bioteknologi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Achmad Zulfikar Fazli)