Ilustrasi. Foto: dok MI/Amiruddin.
Insi Nantika Jelita • 26 December 2024 14:43
Jakarta: Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Wamildan Tsani Panjaitan mengaku optimistis terhadap kebijakan penurunan harga tiket pesawat hingga 10 persen pada musim libur Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru). Dengan adanya kebijakan tersebut, pihaknya memproyeksikan pergerakan penumpang tumbuh hingga 24 persen secara tahunan atau
year on year (yoy).
"Pergerakan jumlah pemesanan tiket penerbangan Garuda Indonesia mulai bertumbuh pasca diterapkannya kebijakan penurunan harga tiket pesawat sepanjang periode Nataru," ujar Wamildan dalam keterangan yang diterima
Media Indonesia, Kamis, 26 Desember 2024.
Dalam momentum Nataru kali ini,
Garuda Indonesia Group menyediakan 1,4 juta kursi penerbangan. Dengan rincian Garuda Indonesia mempersiapkan 741 ribu kursi penerbangan, dan kursi penerbangan Citilink sebanyak 717 ribu kursi. Wamildan menyampaikan hingga saat ini tingkat keterserapan kursi pesawat mencapai 80 persen dari total kursi yang disediakan.
Lebih lanjut, Garuda Indonesia Group memperkirakan puncak keberangkatan penumpang pada momentum peak season akhir tahun pada hari Sabtu (21/12) yakni mencapai 76 ribu penumpang, di mana Garuda Indonesia dan Citilink sama-sama memberangkatkan sedikitnya 38 ribu penumpang.
Proyeksi peningkatan jumlah penumpang tersebut, lanjut Wamildan, sejalan dengan kapasitas produksi yang disediakan Garuda Indonesia Group, yakni melonjak sebesar 17 persen. Pada tahun lalu di periode peak season libur Nataru 2023/2024, total kursi yang disediakan yakni 634.528 kursi, sedangkan di tahun ini meningkat mencapai 741 ribu kursi.
"Dengan diberlakukannya penurunan harga tiket ini, kami optimis volume penumpang akan tumbuh positif yang tentunya akan berdampak langsung terhadap kinerja pendapatan Garuda Indonesia," tegas dia.
Puncak okupansi
Pihaknya memproyeksikan puncak keberangkatan Nataru akan terjadi pada Sabtu (21/12) dan puncak kepulangan akan terjadi pada (5/1) seiring dengan behavior masyarakat yang cenderung ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama keluarga.
Sementara itu, tingkat okupansi penumpang yang tinggi hingga 80 persen tercatat pada beberapa rute. Yakni, Denpasar, Sorong, Manado, Kualanamu, Jayapura, Pontianak, Surabaya, Yogyakarta, dan Lombok untuk rute domestik, serta Singapura, Haneda, dan Narita untuk rute internasional.
Wamildan kemudian angkat bicara perihal dampak penurunan tiket pesawat terhadap pendapat perusahaan. Katanya, langkah penyesuaian harga tiket ini pada dasarnya menyasar kepada komponen biaya tambahan bahan bakar atau
fuel surcharge dan pelayanan jasa penumpang pesawat udara (PJP2U).
(Ilustrasi penumpang di dalam pesawat. Foto: dok Garuda Indonesia)
Sementara, dari sisi maskapai komponen tarif dasar atau basic fare dikatakan masih tetap sama, yakni masih mengacu kepada regulasi tarif batas harga
tiket domestik.
Dirut Garuda Indonesia itu pun menyebut penurunan harga tiket ini telah diperhitungkan secara saksama oleh pihaknya, dengan memperhatikan proyeksi pertumbuhan penumpang di libur akhir tahun ini.
"Sehingga, kami optimistis volume penumpang yang tumbuh turut membawa dampak langsung terhadap kinerja pendapatan Garuda Indonesia," jelas dia.