Komunitas Jarambah QC Tasikmalaya, sambut tiga orang pendaki gunung asal Kota Tasikmalaya sempat hilang kontak dalam ekspedisi pendakian Gunung Balease, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan, menggelar syukuran dan potong nasi tumpeng di Gedung
Media Indonesia • 2 December 2024 12:15
Tasikmalaya: Komunitas Jarambah QC Tasikmalaya, Jawa Barat menyambut tiga orang pendaki gunung asal Kota Tasikmalaya yang sempat hilang kontak dalam ekspedisi pendakian Gunung Balease, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Penyambutan dilakukan di Gedung Kesenian, jalan Lingkar Dadaha, Kecamatan Cihideung dengan menggelar syukuran dan potong nasi tumpeng yang disediakan.
Suasana haru bagi keluarga dan Komunitas Jarambah QC Tasikmalaya, menyambut tiga pendaki tersebut. Kini, ketiganya sudah pulang ke Kota Tasikmalaya setelah hilang kontak selama 20 hari berada di puncak Gunung Balease, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan.
Tiga orang pendaki melakukan ekspedisi bertajuk "Jarambah QC Ewako Koroue'24, Toelangi-Balease-Kabentonu. Para pendaki tersebut bernama, Tantan Trianasaputra alias Tantan Apem alias hujan bayu, 56, Maman Permana alias Maman Leuneng, Barak Tua, 44, dan Yudiana alias Yudi Rimba, Mindo, karang berang, 44. Ketiganya membawa keluarga dan putra-putri mereka.
Tantan mengatakan pada waktu itu memang untuk menuju puncak membutuhkan waktu 2 minggu. Meski selama itu sebenarnya tidak tersesat melainkan hanya kehilangan komunikasi (lost contact). Untuk melakukan ekspedisi di gunung yang dikenal ini memang memiliki satu jalur terpanjang di Indonesia.
"Jadi sebenarnya lost contact yang pertama dan kemudian diasumsikan tersesat, padahal kami sedang menuju pulang dan sudah kami hitung akan terlambat. Karena, kami sudah memetakan jalur ekspedisi mempersiapkan segala kebutuhan logistik untuk perjalanan panjang, kami tidak merasa tersesat hanya hilang kontak kebetulan kami juga bertemu Tim SAR di jalan resminya," katanya, Senin, 2 Desember 2024.
Ia mengatakan, pendakian banyak tantangan dihadapi dan membuat timnya mengalami keterlambatan mulai dari serangan lebah, lebah klanceng, ular, longsor, pohon tumbang mengingat lokasinya yang dikunjungi ternyata sarang ular dan jumlahnya cukup banyak hingga menemukan jejak kaki suku premitif. Namun, di beberapa titik juga mereka sempat keluar jalur dan berputar-putar seperti dialami Maman saat di pos 6, sempat berputar-putar termasuk dirinya berputar di sekitar pos 4.
"Rangkaian hambatan membuat mereka baru sampai puncak di hari ke 14, tetapi Tantan dan timnya mulai menerapkan banyak strategi bertahan hidup mulai mengelola perbekalan, mengerahkan kemampuan navigasi, memecah tim dan kalau bekal, sampai kami bertemu tim SAR masih ada. Rencana operasi perjalanan (ROP) kami bawa bekal untuk 10 hari hingga kami tambah safety factor 60 persen," ujarnya.
Menurutnya, dirinya sempat berpisah hingga sendirian di belakang sementara Yudiana dan Maman bergerak lebih dulu meninggalkan jejak petunjuk meski sempat meninggalkan topi, kelambu dan tidak mungkin kembali lagi mengingat lokasi yang dilihatnya jurang.Langkah ini menjadi bagian dari strategi bertahan hidup meski pergerakan melambat karena mengalami cedera kaki.
"Pendakian yang dilakukan di Gunung Balease kami membawa mesin senso lipat dan kami bertiga selama 21 hari sudah 20 kali pindah dan pasang tenda buat istirahat hingga semua mengandalkan teknik bertahan hidup selama pengetahuan telah dipelajari seperti mencari makanan alam, memanfaatkan cadangan alam sekitar untuk bertahan hidup, cadangan makanan alam seperti pakis, pinang, biasa ditemukan daerah penduduk," paparnya.
Menurut Tatan, ketiga pendaki ini ditemukan oleh tim SAR gabungan dan sudah memprediksi akan sampai pada 28 November meski mereka ditemukanya pada waktu yang berbeda. Seperti Yudiana, Maman terpaut waktu 15 jam hingga bertemu dengan SAR gabungan sekitar pukul 16.00 WIB.
"Kami tidak menyangka pendakian yang telah dilakukan mendapat perhatian banyak pihak dan kami mengucapkan terima kasih kepada semua yang sudah memberikan bantuan serta meminta maaf atas semua kesalahan meski tidak ada maksud menimbulkan keresahan. Kami tidak kapok dan sekarang juga tengah merancang lagi ekspedisi pendakian ke wilayah Aceh," pungkasnya.