Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Annisa Ayu Artanti • 1 December 2024 09:27
Jakarta: Risiko inflasi yang menghantui pasar sempat mereda selama musim panas, namun tidak benar-benar hilang.
Risiko ini kembali menjadi pusat perhatian saat para investor berhadapan dengan tindakan keras Trumponomics terhadap imigrasi.
Melansir
Xinhua, Minggu, 1 Desember 2024, para ahli mengatakan hal itu telah meningkatkan risiko
perang dagang dan potensi keuntungan besar dari pemotongan pajak.
"Ancaman perdagangan terbaru Donald Trump menunjukkan betapa tidak pastinya prospek tersebut," kata para ahli dalam sebuah artikel yang disumbangkan ke The New York Times.
"Analis telah memperhitungkan dampak potensial. Para ekonom khawatir hal itu dapat menambah kemacetan dan biaya pada rantai pasokan serta memicu kembali inflasi, dan dapat mengacaukan kebijakan Fed terkait suku bunga," kata artikel tersebut.
Presiden terpilih Donald Trump. Foto: CNN
Pengeluaran konsumsi pribadi bakal melonjak
Skenario terburuk dari para ekonom Deutsche Bank adalah pengeluaran konsumsi pribadi inti tahun depan akan melonjak sebesar 1,1 poin persentase tambahan jika tarif Trump diberlakukan sepenuhnya.
"Pedagang berjangka pada Rabu memperkirakan sekitar 60 persen kemungkinan pemangkasan suku bunga Fed bulan depan. Namun, perhitungan mereka tidak stabil dalam beberapa bulan terakhir, dan angka yang mengejutkan dapat menyebabkan perubahan pola pikir sekali lagi," kata artikel tersebut.
Meski demikian, notulen rapat penetapan suku bunga Fed bulan ini menunjukkan pejabat bank sentral masih yakin dengan upaya mereka untuk menurunkan inflasi.
Mereka melihat lebih banyak pemangkasan suku bunga di masa mendatang. (Ridini Batmaro)