USS Ralph Johnson. Foto: US Navy Photo
Medcom • 23 August 2024 15:49
Taipei: Kapal perang Amerika Serikat (AS) kembali melintasi Selat Taiwan yang sensitif pada Kamis, 22 Agustus 2024, sebagai bagian dari upaya untuk menegaskan komitmen Washington terhadap ‘kebebasan navigasi’.
Tiongkok, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, semakin meningkatkan tekanan militer dengan mengirimkan jet tempur, drone atau pesawat tak berawak, dan kapal angkatan laut di sekitar pulau tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Transit kapal perusak rudal berpeluru kendali kelas Arleigh Burke, USS Ralph Johnson, melalui selat selebar 180 km itu dilakukan di tengah meningkatnya frekuensi operasi serupa oleh AS dan sekutunya. Langkah ini bertujuan memperkuat status Selat Taiwan sebagai perairan internasional, yang sering memicu kemarahan dari Beijing.
“Pelayaran tersebut menunjukkan komitmen Washington untuk menjunjung tinggi kebebasan navigasi bagi semua negara sebagai sebuah prinsip,” ujar penyataan Angkatan Laut AS melalui Armada Ketujuh, seperti dikutip Channel News Asia, Jumat 23 Agustus 2024.
“Tidak ada anggota masyarakat internasional yang boleh diintimidasi atau dipaksa untuk menyerahkan hak dan kebebasan mereka,” ungkap mereka.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengonfirmasi bahwa kapal tersebut melintasi selat dari arah selatan ke utara dan “tidak ada anomali yang terdeteksi di sekitar kami”. Di sisi lain, Tentara Tiongkok menganggap transit ini sebagai "sensasi publik" dan mengklaim bahwa pasukan mereka mengawal dan mengawasi kapal AS selama proses transit.
Kementerian tersebut juga menegaskan bahwa pasukan Tiongkok selalu berada dalam status siaga tinggi untuk "mempertahankan kedaulatan nasional."
Sebelumnya, pada bulan lalu, sebuah kapal fregat kelas Halifax Kanada juga melakukan “transit rutin melalui Selat Taiwan”, yang mendapat kecaman dari militer Tiongkok. Beijing telah berulang kali menegaskan bahwa mereka tidak akan mengesampingkan penggunaan kekuatan untuk mengintegrasikan Taiwan, sementara retorika "penyatuan" oleh Presiden Xi Jinping semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Sebagai tanggapan, Taiwan terus memperkuat hubungan ekonomi dan politik dengan mitra internasionalnya, terutama Amerika Serikat, yang merupakan pemasok senjata terbesar bagi pulau tersebut. Taiwan juga telah meningkatkan anggaran pertahanannya.
Pada hari Kamis, kabinet Taiwan menyetujui anggaran pertahanan sebesar NTD647 miliar atau Rp313 triliun untuk tahun depan, yang mencatatkan rekor tertinggi dengan peningkatan 6 persen dibandingkan tahun 2024. Presiden Lai Ching-te menyebut bahwa anggaran tersebut mencerminkan “tekad Taiwan untuk meningkatkan kemampuan pertahanan diri untuk memastikan perdamaian dan kemakmuran”.
Namun, anggaran tersebut masih harus diteliti dan disetujui oleh parlemen Taiwan yang terpecah belah, yang saat ini tidak lagi didominasi oleh Partai Progresif Demokratik yang dipimpin oleh Lai. (Shofiy Nabilah)