Trofi Piala Dunia U-17 (dok. PSSI)
Medcom • 4 November 2023 05:52
Jakarta: Gelaran akbar Piala Dunia U-17 Indonesia dijadwalkan bergulir mulai 10 November hingga 2 Desember 2023. Turnamen sepak bola paling prestisius untuk pemain di bawah usia 17 tahun ini akan jadi edisi ke-19.
Piala Dunia U-17 pertama kali diselenggarakan pada 1985 dengan titel Piala Dunia U-16 dan digelar setiap dua tahun sekali. Barulah pada tahun 1991, format kejuaraan berubah menjadi Piala Dunia U-17 yang kemudian bertahan hingga saat ini.
Selama 18 edisi sebelumnya, kita sudah melihat banyak pemain muda yang sukses mencuri perhatian. Namun, tidak banyak yang berhasil mencapai potensi terbesarnya.
Dari sekian banyak pemain muda yang sukses menyabet penghargaan Golden Ball atau Pemain Terbaik, hanya beberapa yang sukses melanjutkan kariernya ke level tertinggi.
Lantas, siapa sajakah pemain-pemain muda yang pernah menyabet gelar pemain terbaik di Piala Dunia U-17 dan siapa saja yang masih eksis berlaga di kompetisi elite dunia?
1. William (Brasil)
Piala Dunia U-16 tahun 1985 (Tiongkok)
Pemain Terbaik: William (Brasil)
Juara: Nigeria (mengalahkan Jerman Barat 2-0)
Penyerang Timnas Brasil U-16, William tampil ciamik pada edisi perdana Piala Dunia U-16 di Tiongkok. Ia sukses mencetak lima gol untuk Brasil. Secara umum, koleksi gol William masih kalah dari penyerang Jerman Barat Marcel Witeczek yang tampil sebagai topskorer (8 gol) dan membawa timnya ke final.
Namun, di akhir turnamen FIFA lebih memilih untuk memberikan penghargaan pemain terbaik kepada William, kendati ia hanya mengantar Brasil tampil sebagai juara ketiga.
Usai Piala Dunia U-16, William disebut-sebut memiliki prospek cerah di Eropa. Sayangnya, ia gagal menunjukkan potensi besarnya. Sepanjang kariernya, ia justru lebih banyak menghabiskan waktu di Brasil bersama Vasco da Gama, Flamengo, Atletico Mineiro dan Fluminense.
2. Philip Osondu (Nigeria)
Piala Dunia U-16 tahun 1987 (Kanada)
Pemain Terbaik: Philip Osondu (Nigeria)
Juara: Uni Soviet (mengalahkan Nigeria 4-2 (1-1) lewat adu penalti)
Philip Osondu tampil gemilang dalam membawa Nigeria melaju hingga final Piala Dunia U-16 edisi kedua di Kanada. Ia langsung mencuri perhatian lewat lesakkan hattrick pada laga melawan Bolivia yang sekaligus memastikan langkah Super Eagles ke babak perempat final.
Di babak final, Osondu sempat membuka keunggulan Nigeria atas Uni Soviet. Sayangnya, ia gagal membawa Nigeria mempertahankan gelar juara lantaran kalah adu penalti dari Uni Soviet setelah bermain 1-1 di waktu normal.
Berkat performa briliannya, Osondu dinobatkan sebagai pemain terbaik. Sayangnya, ia gagal mencapai puncak karier. Setelah tampil sensasional di Piala Dunia U-16, karier Osondu mandek di Belgia di mana ia sempat memperkuat Anderlecht dan akhirnya meninggal pada usia 48 tahun.
3. James Will (Skotlandia)
Piala Dunia U-16 tahun 1989 (Skotlandia)
Pemain Terbaik: James Will (Skotlandia)
Juara: Arab Saudi (mengalahkan Skotlandia 5-4 (2-2) lewat adu penalti)
Untuk pertama kalinya, peraih penghargaan Golden Ball atau pemain terbaik jatuh pada seorang kiper. Pemain tersebut adalah James Will, kiper andalan tuan rumah Skotlandia.
Will tampil sensasional sepanjang turnamen, dari lima laga ia berhasil mencatatkan empat clean sheet dan hanya kebobolan satu gol untuk membawa Skotlandia melaju ke babak final.
Di final, Will harus kebobolan dua gol dan gagal membawa Skotlandia jadi juara karena kalah adu penalti dari Arab Saudi. Namun, hasil itu tak menghentikannya untuk dinobatkan sebagai pemain terbaik.
Usai turnamen, James Will sempat bergabung dengan akademi Arsenal. Tapi, upayanya untuk bisa meningkatkan karier tidak berjalan sesuai harapan. Will tak mampu menembus tim utama Arsenal hingga akhirnya kembali ke Skotlandia di sisa kariernya.
4. Nii Lamptey (Ghana)
Piala Dunia U-17 tahun 1991 (Italia)
Pemain Terbaik: Nii Lamptey (Ghana)
Juara: Ghana (mengalahkan Spanyol 1-0)
Tahun 1991 menandai perubahan format Piala Dunia dari U-16 menjadi U-17. Italia menjadi tuan rumah perdana Piala Dunia U-17.
Dalam turnamen yang diikuti 16 tim itu, pemain berusia 15 tahun asal Ghana, Nii Lamptey terpilih sebagai pemain terbaik. Ia dianugerahi Golden Ball usai mencetak empat gol dan sukses membawa timnya meraih gelar juara.
Penampilan cemerlang Lamptey bahkan mendapat apresiasi dari Pele. Legenda sepak bola Brasil itu secara khusus menyebut Lamptey sebagai "penerus alaminya".
Usai Piala Dunia U-17, Lamptey sempat berjuang meningkatkan kariernya dengan bermain di beberapa klub Eropa seperti PSV Eindhoven dan Aston Villa. Sayangnya, meski sempat jadi andalan timnas Ghana hingga level senior, Lamptey tak mampu mencapai karier cemerlang seperti yang diprediksi orang.
5. Daniel Addo (Ghana)
Piala Dunia U-17 tahun 1993 (Jepang)
Pemain Terbaik: Daniel Addo (Ghana)
Juara: Nigeria (mengalahkan Ghana 2-1)
Daniel Addo adalah jenderal lapangan tengah Ghana dan jadi motor utama di balik sukses negaranya mencapai babak final untuk kali kedua secara beruntun. Addo mencetak tiga gol selama turnamen, namun gagal membawa Ghana jadi juara lantaran takluk dari tim sesama Arfika Nigeria.
Berkat penampilan heroiknya di lini tengah Ghana, Addo dinobatkan sebagai pemain terbaik. Sayangnya, sama seperti rekan senegaranya, Nii Lamptey, Addo juga gagal bersinar di Eropa. Klub paling top yang dibelanya adalah Bayer Leverkusen.
6. Mohammed Al-Kathiri (Oman)
Piala Dunia U-17 tahun 1995 (Ekuador)
Pemain Terbaik: Mohammed Al-Kathiri (Oman)
Juara: Ghana (mengalahkan Brasil 3-2)
Untuk kali pertama, penghargaan golden ball atau pemain terbaik Piala Dunia U-17 diraih pemain Asia. Pemain tersebut adalah Mohammed Al-Kathiri asal Oman.
Al-Kathiri dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Dunia U-17 Ekuador berkat penampilan gemilangnya dalam membawa Oman membuat kejutan besar dengan menembus babak semifinal, termasuk mengalahkan mantan juara, Nigeria di babak perempat final.
Berposisi sebagai playmaker, Al-Kathiri sukses melesakkan lima gol yang sekaligus membuatnya terpilih sebagai top skor turnamen, sama dengan koleksi gol penyerang Australia, Daniel Allsopp.
Lalu, bagaimana karier Al-Kathiri setelah Piala Dunia U-17 Ekuador? Dia memilih tetap berkarier di negaranya, kendati mendapat tawaran dari klub luar negeri.
7. Sergio Santamaria (Spanyol)
Piala Dunia U-17 tahun 1997 (Mesir)
Pemain Terbaik: Sergio Santamaria (Spanyol)
Memiliki visi yang baik serta ditopang teknik yang mumpuni, Sergio Santamaria sukses menyita perhatian publik di Piala Dunia U-17 Mesir. Ia dinobatkan sebagai pemain terbaik usai mencetak dua gol dan membawa Spanyol merebut juara ketiga.
Masa depan Santamaria sempat diprediksi bakal cerah setelah pemain didikan akademi Barcelona ini dipromosikan ke tim senior dan mencatatkan tujuh caps bersama tim utama Blaugrana. Sayangnya, ia gagal mewujudkan cita menyusul persaingan sengit di tim utama Barca. Setelah dari Barca, ia hanya bermain untuk klub semenjana seperti Real Oviedo, Alaves dan Albacete.
8. Landon Donovan (Amerika Serikat)
Piala Dunia U-17 tahun 1999 (Selandia Baru)
Pemain Terbaik: Landon Donovan (AS)
Juara: Brasil
Timnas Amerika Serikat U-17 mencetak sejarah di Selandia Baru di mana mereka sukses melaju hingga babak semifinal, sebelum dihentikan Australia lewat adu penalti. Landon Donovan jadi aktor protagonis timnas AS lewat lesakkan tiga gol dan dinobatkan sebagai pemain terbaik pada akhir turnamen.
Setelah itu, Donovan terus menunjukkan performa yang menawan bersama Timnas AS. Ia jadi tulang punggung timnas senior AS dan bahkan jadi legenda hidup dengan lesakkan 57 gol dari 157 laga.
Kariernya di level klub bisa dibilang sukses, kendati tidak mencapai titik puncak. Landon Donovan menghabiskan sebagian kariernya di LA Galaxy, namun sempat membuat namanya dikenal kalangan luas lewat performa apiknya bersama klub top Eropa seperti Everton, Bayer Leverkusen dan Bayern Munich.
9. Florent Sinama Pongolle (Prancis)
Piala Dunia U-17 tahun 2001 (Trinidad & Tobago)
Juara: Prancis
Nama Florent Sinama Pongolle langsung meroket usai penampilan sensasionalnya di mana ia tak hanya membawa Prancis merebut gelar juara, tapi juga mencatatkan diri sebagai top skor dengan lesakkan 9 gol. Hingga kini, ia jadi satu-satunya pemain yang sukses menyabet dua penghargaan bergengsi dalam satu turnamen.
Setelah Piala Dunia U-17 2001, Sinama Pongolle sempat merajuk kariernya bersama Liverpool. Akan tetapi, ia gagal mencapai puncak kariernya bersama The Reds. (FIFA.Com)
Bersambung..