Filipina Terapkan Kembali Belajar Mengajar Online di Tengah Panas Ekstrem

Sejumlah siswa di Filipina belajar di area teduh di luar kelas. (Phil Star)

Filipina Terapkan Kembali Belajar Mengajar Online di Tengah Panas Ekstrem

Medcom • 24 April 2024 15:15

Manila: Suhu panas yang mencapai rekor tertinggi di Filipina pada April ini telah memaksa sekolah-sekolah menerapkan kembali skema belajar mengajar secara daring atau online.

Hal ini menghidupkan kembali kenangan akan lockdown akibat pandemi Covid-19 dan meningkatkan kekhawatiran bahwa cuaca yang lebih ekstrem di tahun-tahun mendatang dapat memperdalam kesenjangan pendidikan.

Seperti dikutip dari Malay Mail pada Rabu, 24 April 2024, murid-murid di 7.000 sekolah negeri di Filipina dipulangkan pekan lalu karena cuaca yang luar biasa panas di banyak daerah. Badan prakiraan cuaca mengaitkan hal ini dengan dampak fenomena cuaca El Nino.

Guru bernama Erlinda Alfonso, yang bekerja di sebuah sekolah dasar negeri di Kota Quezon dekat ibu kota Manila, mengatakan dirinya tidak tahu apa yang bisa lebih buruk bagi murid-muridnya jika mereka mengalami kepanasan di ruang kelas yang penuh sesak.

"Beberapa siswa mengatakan kepada saya bahwa mereka lebih suka pergi ke sekolah karena panasnya lebih buruk di rumah," kata Alfonso, seraya menambahkan bahwa banyak siswanya tinggal di daerah kumuh terdekat dan tidak memiliki koneksi internet untuk mengikuti kelas online.

Meski para guru memberikan tugas offline kepada siswa yang tidak memiliki akses internet, Alfonso mengatakan pengaturan tersebut membuat anak-anak tidak leluasa mengajukan pertanyaan kepada guru. 

"Jika ada sesuatu yang tidak mereka pahami, orang tua atau saudara mereka sering kali tidak ada di rumah karena mereka perlu mencari nafkah," kata pria berusia 47 tahun itu, yang juga mengepalai asosiasi guru sekolah negeri di kota tersebut.

Filipina merupakan salah satu negara dengan penutupan sekolah terlama di dunia selama pandemi Covid-19, yang menyoroti kesenjangan pendidikan yang dihadapi oleh anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah yang tidak memiliki komputer atau akses internet yang memadai.

Namun karena sebagian besar sekolah negeri di negara berpenduduk 115 juta jiwa ini tidak memiliki perlengkapan memadai untuk menghadapi kenaikan suhu dan cuaca ekstrem lainnya, kelas online telah menjadi pilihan paling aman selama gelombang panas saat ini, kata para guru dan serikat pekerja.

Di sekolah negeri di Metro Manila, wilayah ibu kota Manila, survei terhadap lebih dari 8.000 guru bulan lalu menunjukkan 87 persen siswa menderita kondisi yang berhubungan dengan panas.

Lebih dari tiga perempat guru menggambarkan suhu panas sebagai sesuatu yang "tak tertahankan" dalam survei yang dilakukan Aliansi Guru Peduli Filipina Wilayah Ibu Kota Nasional (ACT-NCR), sebuah asosiasi pengajar.

Hampir setengah atau 46 persen guru mengatakan ruang kelas hanya memiliki satu atau dua kipas angin listrik, menunjukkan bahwa kondisinya tidak memadai untuk menghadapi kenaikan suhu.

"Panasnya berdampak luar biasa pada anak-anak. Beberapa siswa bahkan pingsan di dalam ruang kelas. Para guru juga terkena dampaknya, namun seringkali mereka memprioritaskan kesehatan siswanya di dalam kelas," tutur Ruby Bernardo, juru bicara ACT-NCR, kepada Thomson Reuters Foundation. (Nabila Ramadhanty Putri Darmadi)

Baca juga:  Panas Ekstrem Semakin Sering Terjadi di Eropa, Kematian Warga Meningkat

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)