Data Impor Tiongkok Meningkat, Ekspor Melanjutkan Negatif

Ekonomi Tiongkok. Foto: Unsplash.

Data Impor Tiongkok Meningkat, Ekspor Melanjutkan Negatif

Fetry Wuryasti • 9 November 2023 13:06

Jakarta: Data ekspor Tiongkok secara tahunan (yoy)) kembali tumbuh negatif, dari minus 6,2 persen menjadi minus 6,4 persen. Sedangkan dari sisi impor (yoy) tumbuh positif, dari minus 6,3 persen menjadi 3,0 persen. Peningkatan impor telah memberikan harapan baru terkait dengan kenaikan permintaan barang-barang dari Tiongkok yang sedang kehilangan daya tariknya.

Ini merupakan kenaikan impor pertama dalam kurun waktu delapan bulan terakhir. Oleh karena itu secara estimasi banyak yang menilai bahwa impor akan kembali meningkat. Alhasil, Tiongkok membukukan surplus perdagangan senilai USD56,5 miliar.

Kenaikan impor, sedikit memberikan indikasi permintaan dalam negeri mungkin mulai pulih, meski ekspor masih dalam posisi yang mengecewakan. Meski hanya sedikit, tapi bagi pasar ini bisa menjadi harapan baru bagi pemulihan ekonomi Tiongkok.

"Peningkatan impor ini bisa memberikan gambaran bahwa perekonomian Tiongkok 'mulai pulih', meski tampaknya sulit untuk menyimpulkan kesimpulan hanya berdasarkan data yang ada," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus, Kamis, 9 November 2023.

Permintaan manufaktur dalam negeri Tiongkok terlihat ada peningkatan, seiring dengan kehadiran stimulus. Masih turunnya ekspor Tiongkok juga memberikan dua gambaran. Pertama adalah permintaan dunia masih dalam belum pulih.

"Meski, apakah selama perekonomian Tiongkok melemah, para pemain baru mulai menggantikan posisi Tiongkok sebagai mata rantai pasokan global. Hal ini tentu kian semakin menarik, bahkan Narendra Modi pernah mengatakan bahwa perlambatan ekonomi Tiongkok, akan memberikan kesempatan bagi India untuk bisa menggantikan posisi Tiongkok dalam mata rantai tersebut," kata Nico.

Baca juga: Tiongkok Resmi Jadi Ketua DK PBB
 

Indonesia ambil kesempatan


Tidak hanya India, lanjut dia, Indonesia juga melakukan hal yang sama untuk mengambil kesempatan tersebut. Hal ini yang menjaga kinerja indeks PMI Manufaktur Indonesia yang tetap terjaga di zona ekspansif.

Selanjutnya adalah pengiriman ekspor dari Tiongkok ke Amerika juga terus mengalami penurunan hingga 8,2 persen dalam 10 bulan pertama dibandingkan tahun lalu. Sedangkan ekspor ke Uni Eropa turun sebanyak 12,6 persen.

"Apakah ini artinya daya tarik barang Tiongkok mulai berkurang. Kami berharap setidaknya Tiongkok melakukan apa yang seharusnya dapat dilakukan dalam waktu yang lebih cepat, untuk menjaga stabilitas pemulihan perekonomiannya," ucap Nico.

Tahun depan akan menjadi tahun yang mungkin lebih mudah, karena banyaknya ruang bagi penurunan tingkat suku bunga berbagai bank sentral, yang akan memperkecil divergensi kebijakan.

"Hal ini yang akan memberikan kekuatan bagi nilai mata uang Yuan, setelah melemah cukup dalam," tutup Nico.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)