Ilustrasi, petani panen padi. Foto: MI/Liliek Dharmawan.
Naufal Zuhdi • 27 November 2024 16:58
Jakarta: Saat ini pemerintah berencana untuk menyetop aktivitas impor beras di tahun mendatang. Merespons hal tersebut, Peneliti Center of Reform on Economics (Core) Eliza Mardian menyebut untuk mewujudkan hal itu, pemerintah perlu prioritaskan peningkatan produktivitas dan menaikkan indeks pertanaman (IP).
"Peningkatan produktivitas ini ya intensifikasi dengan penggunaan varietas benih unggul yang tinggi produktivitas, tahan hama penyakit, dan tahan terhadap dampak perubahan iklim. Serta didukung dengan manajemen hama penyakit terpadu dan pola tanam," kata Eliza saat dihubungi, Rabu, 27 November 2024.
Sementara untuk menaikkan IP, pemerintah bisa lakukan dengan membangun dan merevitalisasi irigasi yang sudah rusak berat dan terlalu dibiarkan lama tanpa perhatian yang memadai.
Eliza pun menyampaikan, tingkat konsumsi beras Indonesia kurang lebih sekitar 31 juta ton dalam kurun satu tahun dan ditambah dengan cadangan pemerintah ideal 10 persen. Dengan demikian, total konsumsi beras Indonesia dalam kurun satu tahun membutuhkan 34 juta ton beras agar Indonesia tidak perlu mengimpor beras lagi.
"Karena jika produksinya pas dengan konsumsinya, ini akan mengancam stabilitas karena kita perlu cadangan pangan untuk mengawali awal tahun pada saat belum panen raya. Hanya saja ekstensifikasi ini konsekuensinya mengorbankan hutan," papar dia.
"Jikapun ditanam di lahan rawa, rata-rata produktivitasnya relatif rendah dari lahan sawah biasa, sehingga perlu lebih luas lagi areal pertanaman dengan biaya yang relatif besar karena perlu berbagai treatment untuk pengkondisian lahan agar bisa ditanami," tambah Eliza.
Baca juga: Mentan Amran Sulaiman Optimis Produksi Beras Capai 32,83 Juta Ton |