Fenomena Kartel Politik, Pengamat: Sudah Berlangsung Sejak Pilkada Sebelumnya

Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePi) Jeirry Sumampouw. (tangkapan layar)

Fenomena Kartel Politik, Pengamat: Sudah Berlangsung Sejak Pilkada Sebelumnya

Imanuel R Matatula • 30 August 2024 14:02

Jakarta: Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePi) Jeirry Sumampouw menjelaskan dalam kontestasi pilkada, sebenarnya banyak calon yang tidak dikehendaki oleh masyarakat. Calon-calon yang muncul, kata Jeirry, bersumber dari keinginan elite.

Menurut dia, fenomena ini disebut kartel politik, yakni calon-calon yang populer dan disukai oleh publik dijegal langkahnya untuk mengikuti pilkada. Sedangkan calon yang diinginkan elite dikondisikan untuk memenangkan pertarungan.

“Banyak daerah itu banyak calon-calonnya bukan calon yang dikehendaki publik, tapi situasi ini kan bukan baru sekarang berlangsung, sebetulnya sudah berlangsung sejak pilkada-pilkada kita sebelumnya,” kata Jeirry dalam tayangan Metro TV, Jumat, 30 Agustus 2024.

Jeirry menyebut kondisi ini telah ada sejak dulu. Dia menerangkan bahwa calon dikondisikan untuk menang lewat proses politik yang mengeliminasi calon-calon yang dianggap cukup populer dan disukai masyarakat. 

Baca: 

Anies Harap Proses Demokrasi Tidak Hanya Beri Manfaat untuk Elite


Dia mengungkap tokoh-tokoh yang memiliki popularitas tinggi cenderung memberikan mahar yang lebih sedikit. Meskipun tidak secara keseluruhan, tapi menurut dia, hal tersebut yang ditemukannya di lapangan.

“Kalau dia punya popularitas dan elektabilitas tinggi, dia bisa bernegosiasi dengan partai politik pengusung dengan uang mahar yang lebih sedikit, atau bahkan tidak, tetapi Kartel Politik ini tidak selamanya seperti itu,” ucap Jeirry.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Lukman Diah Sari)