Ilustrasi blok migas. Foto: Dokumen SKK Migas
New York: Harga minyak ditutup hampir datar pada perdagangan Senin waktu setempat karena Rusia melonggarkan larangan bahan bakarnya dan para investor mengamati kenaikan suku bunga yang dapat mengekang permintaan.
Melansir Investing.com, Selasa, 26 September 2023 harga minyak mentah berjangka Brent naik tipis yaitu dua sen menjadi USD93,29 per barel.
Sementara harga minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) turun 35 sen menjadi USD89,68 per barel.
Harga minyak mentah turun setelah Federal Reserve memutuskan untuk hawkish. Hal itu mengguncang pasar keuangan global dan menimbulkan kekhawatiran bahwa suku bunga dapat tetap lebih tinggi lebih lama, sehingga menekan permintaan minyak.
Baca juga: Harga Minyak WTI Naik, Brent Turun
The Fed hentikan reli harga minyak
Keputusan Federal Reserve itu akhirnya menghentikan reli harga minyak dalam tiga minggu terakhir setelah Arab Saudi dan Rusia membatasi pasokan dengan memperpanjang pemangkasan produksi hingga akhir tahun.
"Pasar mungkin masih bergulat dengan The Fed yang mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, yang dapat berdampak pada sisi permintaan," kata Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow.
Seperti diketahui, Rusia menyetujui perubahan pada larangan ekspor bahan bakarnya. Keputusan itu digunakan sebagai bunkering untuk beberapa kapal dan diesel dengan kandungan sulfur yang tinggi.
Selain itu, larangan sementara ekspor bensin dan diesel ke sebagian besar negara itu juga bertujuan untuk menstabilkan pasar domestik, yang memicu kekhawatiran akan rendahnya suplai produk saat Belahan Bumi Utara memasuki musim dingin.
Dolar AS menguat
Tak hanya itu, faktor lain yang membuat harga minyak dunia tertekan adalah penguatan dolar AS.
Indeks dolar AS menguat ke level tertinggi sejak November 2022.
Greenback yang lebih kuat membuat minyak yang dihargakan dalam dolar AS menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan.
"Kami tampaknya memiliki sentimen risk-off karena penguatan dolar," kata Analis Price Futures Group, Phil Flynn.