Ilustrasi inflasi. Foto: MI/Ramdani.
Arif Wicaksono • 6 July 2023 12:29
Jakarta: Analis Mirae Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto mengatakan inflasi masih menjadi permasalahan utama di negara-negara maju, termasuk AS, Inggris, dan Zona Eropa, serta negara-negara berkembang di Amerika Latin.
Dia menjelaskan, negara-negara tersebut masih akan terus menaikkan suku bunga kebijakan dan memperbesar probabilitas resesi di periode mendatang. Sementara itu, pemulihan ekonomi Tiongkok yang diharapkan untuk mendorong ekonomi global, menunjukkan tanda-tanda melemah.
"Di tengah berlanjutnya kenaikan suku bunga bank sentral di negara maju, BOJ tetap mempertahankan suku bunga kebijakannya pada posisi negatif di tengah kenaikan inflasi. Sedangkan untuk Tiongkok, PBoC memangkas suku bunga kebijakannya menjadi 1,9 persen dan diperkirakan akan melanjutkan pemotongan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan," tegas dia dalam risetnya, Kamis, 6 Juli 2023.
Di AS saat ini terdapat ada perbedaan perspektif antara pasar dan The Fed mengenai ekspektasi FFR hingga akhir tahun. Hal ini menciptakan ketidakpastian dan potensi volatilitas ke depan.
Keseimbangan eksternal Indonesia melemah karena perlambatan ekonomi global dan penurunan harga komoditas. Sementara itu konsumsi rumah tangga juga melemah sesuai ekspektasi, meskipun tidak terlalu signifikan mengingat dampak kenaikan inflasi dan suku bunga. Untungnya, inflasi telah mereda lebih cepat dari yang kami perkirakan dan kami yakin pemulihan konsumsi rumah tangga akan lebih cepat.
"Kami mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini pada 4,88 persen, sementara untuk inflasi kami menurunkan proyeksi untuk tahun ini menjadi 2,55 persen, dari 3,65 persen pada proyeksi sebelumnya. Untuk suku bunga kebijakan BI7DRR, kami memprediksi masih akan tetap dipertahankan pada level 5,75 persen hingga akhir tahun ini," tegas dia.