Direktur PT Eka Sari Lorena Transport Tbk Rianta Soerbakti. Foto: dok Metrotvnews.com.
Ade Hapsari Lestarini • 26 June 2025 11:29
Bogor: Perusahaan Otobus (PO) transportasi angkutan darat, PT Eka Sari Lorena Transport Tbk (LRNA) terus memperkuat strategi transformasi bisnis berbasis teknologi dan elektrifikasi armada untuk bertahan di tengah persaingan ketat industri transportasi.
Direktur PT Eka Sari Lorena Transport Tbk Rianta Soerbakti mengungkapkan manajemen akan fokus pada efisiensi, kolaborasi digital, dan ekspansi layanan lintas segmen. Menurut Rianta, era digital menuntut perusahaan beradaptasi melalui teknologi kolaboratif agar bisa saling melengkapi dengan mitra strategis.
"Kita bisa melakukan teknologi kolaborasi dengan partner, sehingga saling menguntungkan dan meringankan beban perusahaan," ujar Rianta Soerbakti, dalam paparan publik usai Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Tahun Buku 2024 di Swiss-Belinn Bogor, Kamis, 26 Juni 2025.
Selain itu, perseroan juga menargetkan peremajaan armada dengan mengadopsi kendaraan listrik. Meski diakui masih terdapat tantangan seperti keterbatasan infrastruktur pengisian daya dan bengkel perawatan di rute jarak jauh. Langkah ini penting untuk efisiensi biaya operasional.
"Ini jadi target kami di 2025 dan ke depan. Tapi tentu butuh peran aktif dari Pemerintah," tegas dia.
Saat ini, perseroan mengoperasikan bus listrik untuk mendukung program akselerasi ekosistem transportasi publik berbasis listrik yang digagas Kementerian Perhubungan dan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek.
Perseroan, tidak hanya bergantung pada layanan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), LRNA juga terus memperkuat lini bisnis lain seperti Airport Connexion (JAC), Trans Jabodetabek Reguler (TJR), Jabodetabek Residence Connexion (JRC), dan jasa sewa bus jangka panjang.
"Kami perkuat layanan komuter dan renta, karena AKAP makin ketat dan kompetisinya tidak sehat," jelas Rianta.
Perseroan juga berencana untuk meluncurkan layanan kargo/pengiriman barang yang berkolaborasi dengan ESL Express yang merupakan "
sister company" perusahaan.
Kinerja perseroan 2024
Di tengah tantangan eksternal dan ketatnya persaingan, LRNA membukukan penurunan pendapatan sebesar 12,93 persen menjadi Rp80,93 miliar sepanjang 2024, dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp92,95 miliar.
Kontribusi pendapatan terbesar berasal dari segmen AKAP sebesar Rp62,23 miliar, diikuti shuttle bus senilai Rp14,22 miliar, bus bandara Rp2,47 miliar, serta AKAP dengan jarak pendek senilai Rp1,98 miliar.
Rianta mengungkapkan, aset perseroan turun 6,73 persen menjadi Rp334,6 miliar dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp358,76 miliar. Sementara ekuitas terkoreksi 5,44 persen menjadi Rp289,87 miliar dari periode sama tahun sebelumnya Rp306,57 miliar.
Liabilitas tercatat menurun 14,27 persen menjadi Rp44,73 miliar dibandingkan periode sama 2023 sebesar Rp52,18 miliar. Perseroan menyoroti semakin padatnya pasar AKAP oleh pemain baru serta kurangnya regulasi yang melindungi operator lama sebagai penyebab menurunnya kinerja. Perang tarif dan banyaknya angkutan ilegal membuat industri ini tidak sehat. Penertiban pun masih lemah.
"Sebagai langkah efisiensi, perseroan menutup rute-rute yang tak lagi menguntungkan, memperkuat layanan komuter dan meningkatkan keikutsertaan dalam tender jasa sewa bus. Perseroan juga terus memperluas implementasi sistem pembayaran nontunai (Cashless Payment Method) untuk meningkatkan transparansi dan kontrol keuangan. Setiap akhir tahun, kami evaluasi strategi dan langsung ambil kebijakan bila ada kendala yang muncul di tengah jalan," jelas dia.