ASEF LinkUp 2025 di Yogyakarta menjadi wadah strategis bagi pelaku seni, pembuat kebijakan, dan pemimpin komunitas dari Asia dan Eropa. (Kemenlu RI)
Yogyakarta: Kementerian Luar Negeri RI, Kementerian Kebudayaan RI, dan Asia-Europe Foundation (ASEF) secara bersama menyelenggarakan ASEF LinkUp: Asia-Europe Cultural Diplomacy Lab 2025 di Yogyakarta, pada 17–22 Juni 2025.
Berdasarkan keterangan di situs Kemenlu RI, Senin, 23 Juni 2025, program ini menjadi wadah strategis bagi pelaku seni, pembuat kebijakan, dan pemimpin komunitas dari Asia dan Eropa untuk bersama-sama merumuskan kembali pendekatan diplomasi budaya yang inklusif dan kolaboratif.
Mengusung tema “Rethinking Cultural Diplomacy Together”, ASEF LinkUp 2025 menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mendorong inovasi, kesejahteraan bersama, serta pembangunan berkelanjutan. Nilai lokal Indonesia—gotong royong—menjadi sumber inspirasi utama sebagai model kerja sama budaya yang saling menopang dan berorientasi ke masa depan.
Penyelenggaraan tahun ini juga bertepatan dengan peringatan 20 tahun Konvensi UNESCO 2005 tentang Keanekaragaman Ekspresi Budaya, sekaligus menjelang Konferensi MONDIACULT 2025. Dalam konteks tersebut, Indonesia menekankan pentingnya diplomasi budaya yang berakar kuat pada perspektif kawasan, khususnya Asia Tenggara, namun tetap relevan dalam skala global.
Sebanyak 16 peserta dari 10 negara Asia dan Eropa—termasuk Brunei Darussalam, Italia, Inggris, Swiss, India, Thailand, Singapura, Kamboja, Jerman, dan Indonesia—mengikuti rangkaian kegiatan intensif untuk memperkuat jejaring antar pelaku budaya lintas negara dan sektor.
Menyusuri Ruang-Ruang Diplomasi Budaya
Selama networking visit ke Keraton Yogyakarta, para peserta disambut hangat oleh keluarga Keraton, termasuk Gusti Bendhoro, Gusti Condrokirono, dan Kanjeng Pangeran Notonegoro. Mereka berdiskusi mengenai peran tradisi dan nilai-nilai luhur Jawa dalam membentuk narasi diplomasi budaya, sembari menelusuri kawasan Keraton yang sarat sejarah.
Kegiatan berlanjut di Museum Sonobudoyo, tempat dilaksanakannya sesi Case Clinics dan diskusi bersama Kepala Museum serta perwakilan Dinas Kebudayaan DIY mengenai praktik pelestarian budaya berbasis nilai-nilai lokal.
Di kompleks Candi Prambanan, peserta terlibat dalam sesi dialog terbuka bersama Direktur Komersial Injourney Destination Management (IDM), sekaligus menyaksikan bagaimana narasi budaya Indonesia hadir sebagai warisan yang mendunia.
Bertemu Seniman, Merumuskan Masa Depan
Program berlanjut ke ArtJog, festival seni kontemporer bergengsi di Indonesia. Para peserta bertemu langsung dengan tim kuratorial dan manajemen festival untuk memahami ekosistem seni independen serta pengelolaan institusi berbasis komunitas. Dalam sesi presentasi publik, peserta membagikan refleksi serta rekomendasi kebijakan yang dirumuskan dari pengalaman lapangan.
ASEF LinkUp 2025 memberi perhatian khusus pada praktik pengelolaan kelembagaan seni—dari sanggar hingga ruang komunitas—dalam upaya membangun model diplomasi budaya yang lebih kreatif, inklusif, dan berkelanjutan.
Menuju Diplomasi Budaya yang Transformatif
Keraton Yogyakarta, Pemerintah Provinsi DIY, dan berbagai pemangku kepentingan lokal menyambut baik inisiatif ini sebagai praktik nyata diplomasi budaya berbasis nilai dan relasi antar komunitas. Mereka menekankan pentingnya memandang budaya bukan hanya sebagai warisan, tetapi juga sebagai kekuatan hidup yang aktif membentuk hubungan antarmanusia.
Dengan semangat gotong royong, ASEF LinkUp 2025 dibangun di atas nilai-nilai keberagaman, solidaritas, empati, dan kepercayaan. Melalui pendekatan ini, Indonesia menegaskan komitmennya untuk mendorong diplomasi budaya Asia-Eropa yang bukan hanya simbolis, melainkan berdampak nyata dan transformatif.