WEF: Dunia Masuki Babak Baru Ketidakpastian Ekonomi dan Politik

Presiden dan CEO WEF Borge Brende. (EPA)

WEF: Dunia Masuki Babak Baru Ketidakpastian Ekonomi dan Politik

Willy Haryono • 24 June 2025 22:01

Tianjin: Presiden dan CEO Forum Ekonomi Dunia (WEF), Borge Brende, mengeluarkan peringatan keras mengenai situasi global saat ini yang disebutnya sebagai “latar belakang geopolitik dan geoekonomi paling kompleks dalam beberapa dekade terakhir.” Ia menegaskan, ketegangan internasional yang terus meningkat berpotensi menyeret dunia ke era pertumbuhan ekonomi rendah yang berkepanjangan.

“Jika kita gagal membangkitkan kembali pertumbuhan, maka dunia bisa menghadapi satu dekade stagnasi,” kata Brende dalam wawancara eksklusif dengan AFP menjelang pembukaan Summer Davos—julukan untuk Pertemuan Tahunan WEF di Tianjin, Tiongkok utara—pada Selasa, 24 Juni 2025.

Dikutip dari Hurriyet Daily News, pertemuan ini menghadirkan tokoh-tokoh penting, termasuk Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong, dan berlangsung di tengah suhu geopolitik yang memanas: dari keterlibatan Amerika Serikat dalam konflik Iran–Israel, hingga dampak berkepanjangan perang tarif yang dipicu Presiden AS Donald Trump.

Brende menyebut kebijakan tarif tinggi dari Washington sebagai sumber ketidakpastian global yang belum menemukan kepastian hasil. “Negosiasi masih berlangsung. Terlalu dini untuk menyimpulkan dampaknya,” ujarnya.

Ia juga mengakui bahwa era globalisasi seperti yang selama ini dikenal telah berubah. “Perdagangan dulu adalah mesin utama pertumbuhan, tapi kini kita memasuki babak baru,” lanjutnya.

Pernyataan Brende datang tak lama setelah Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan global 2025 dari 2,7 persen menjadi 2,3 persen—mengikuti langkah Dana Moneter Internasional (IMF) yang lebih dulu menurunkan prediksi serupa.

Tiongkok Tetap Jadi Pilar Ekonomi Dunia

Di tengah perlambatan global, Brende menegaskan bahwa Tiongkok tetap akan menjadi salah satu penggerak utama ekonomi dunia. Ia memperkirakan negara itu akan menyumbang hampir 30 persen dari total pertumbuhan global tahun ini, meskipun menghadapi tantangan dari krisis sektor properti dan lemahnya konsumsi domestik.

“Tiongkok memainkan peran besar,” katanya, seraya memuji strategi Beijing yang menggeser fokus ekonomi ke arah perdagangan digital, sektor jasa, dan konsumsi dalam negeri.

Kendati pemerintah Tiongkok telah meluncurkan berbagai stimulus sejak akhir tahun lalu—termasuk pemangkasan suku bunga dan pelonggaran aturan pembelian rumah—sebagian ekonom masih meragukan tercapainya target pertumbuhan resmi sekitar lima persen.

Untuk keluar dari jebakan pertumbuhan rendah, Brende menyebut teknologi sebagai kunci. “Kecerdasan buatan (AI) bisa saja menjadi mesin pertumbuhan baru, menggantikan peran perdagangan,” ujarnya.

Konferensi ini turut dihadiri tokoh-tokoh dunia, termasuk mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair. Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang dijadwalkan memberikan pidato kunci pada Rabu. (Muhammad Reyhansyah)

Baca juga:  Program Makan Bergizi Gratis Diapresiasi Presiden Direktur World Economic Forum

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Willy Haryono)