Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva siap lawan tarif Trump. Foto: Brics Brasil
Fajar Nugraha • 18 July 2025 16:47
Goiania: Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengecam keras rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang akan memberlakukan tarif 50 persen terhadap seluruh produk impor dari Brasil mulai 1 Agustus. Lula menyebut langkah itu sebagai bentuk arogansi imperialis dan penyerangan terhadap kedaulatan nasional.
“Tak ada orang asing yang bisa memerintah presiden ini,” tegas Lula dalam pidato di hadapan pemuda di Goiania, Brasil Tengah, Kamis, 17 Juli 2025. Ia merespons langsung ancaman Trump yang dikirim lewat surat resmi sepekan lalu.
Dilansir dari Anadolu, Jumat, 18 Juli 2025, Trump menuding Brasil bersikap tidak adil terhadap mantan Presiden Jair Bolsonaro yang kini tengah menjalani persidangan pengkhianatan. Dalam surat tertanggal 9 Juli 2025 itu, Trump menyebut proses hukum terhadap Bolsonaro sebagai "perburuan penyihir" dan mengaitkannya dengan ketimpangan perdagangan antara kedua negara.
"Brasil punya 201 tahun hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat dan defisit perdagangan sebesar USD410 miliar (sekitar Rp6.675 triliun) dalam 15 tahun. Kami tidak menerima presiden mengirim email dan mengancam tarif 50 persen jika kami tidak membebaskan Bolsonaro,” ujar Lula.
Lula juga menyindir insiden penyerbuan Capitol AS pada Januari 2021. “Kalau Trump tinggal di Brasil dan mencoba lakukan apa yang ia lakukan di Capitol, dia pasti sudah diadili dan mungkin dipenjara,” katanya.
Meskipun demikian, Lula menegaskan bahwa Brasil tetap membuka ruang negosiasi. “Kami akan merespons sebagai negara demokratis. Tidak ada yang diuntungkan dalam perang dagang,” ucapnya.
Krisis diplomatik ini memanas setelah Trump mengirim surat langsung ke Bolsonaro, menyatakan dukungan dan meminta agar proses hukum terhadap mantan pemimpin sayap kanan itu dihentikan. Ia juga mengecam kebijakan sensor di Brasil yang disebutnya "konyol".
Hingga kini, belum ada tanda-tanda krisis akan mereda. Trump kembali menyerang Brasil pada Kamis dengan meminta pemerintahan Lula “berbalik arah” dan “berhenti menyerang Bolsonaro.”
(Muhammad Reyhansyah)