Sesar Lembang Memasuki Fase Ulang Tahun

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mudrik Rahmawan Daryono (kiri) menjelaskan tentang karakter gempa Sesar Lembang.

Sesar Lembang Memasuki Fase Ulang Tahun

Media Indonesia • 25 August 2025 22:44

Bandung: Rentetan kejadian gempa Sesar Lembang tidak bisa langsung disimpulkan sebagai gempa pendahuluan atau Foreshock. Selain itu, gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Bekasi juga patut diwaspadai.

Pernyataan tersebut disampaikan Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Mudrik Rahmawan Daryono terkait potensi gempa bumi Sesar Lembang. Ia menjelaskan, rentetan gempa pekan lalu merupakan salah satu pertanda sebelum adanya gempa utama dengan magnitudo yang cukup besar. Namun begitu, dirinya tidak bisa memastikan apakah gempa-gempa kecil itu akan disusul dengan gempa besar.

"Saya setuju dengan BMKG, mereka khawatir ini sebagai Foreshock, kemarin setelah Sesar Lembang ada gempa di Bekasi yang bisa juga sebagai Foreshock, bisa jadi gempa besarnya di sini atau Sesar Baribis, kita tidak tahu mana yang lebih duluan," kata Mudrik di Lembang, Senin, 25 Agustus 2025.

Berdasarkan penelitian, Sesar Lembang telah memasuki rentang waktu pelepasan energi besar sejak abad 15, tepatnya dalam rentang tahun 1450-1460. Masih dari hasil penelitian, Sesar Lembang memiliki siklus pelepasan energi 170 hingga 560 tahun.

"Dia (sesar lembang) itu siklusnya dari 170 sampai 670 tahun, berdasarkan rekaman sedimentasi geologi yang kami lakukan pada abad ke 15, jadi sudah 560 tahun hingga saat ini, jadi 560 itu masuk pada range ulang tahun gempa bumi, jadi bisa terjadi sekarang atau 100 tahun yang akan datang," ungkap Mudrik.
 

Baca: Gempa Magnitudo 3.2 Guncang Kabupaten Bekasi, Terasa Hingga Karawang

Menurut Mudik, salah satu bukti kedahsyatan Sesar Lembang adalah terbentuknya gawir atau garis patahan di Gunung Batu yang terbentuk setelah terjadinya letusan Gunung Sunda sekitar 510.000 tahun lalu.

"Gunung Batu bagian dari Sesar Lembang, jadi tipenya naik ke atas, dulu ini satu level yang sama kemudian dia terangkat secara tektonik," terang Mudrik.

Mudrik mengungkapkan, ketinggian Gunung Batu mengalami peningkatan saat terjadi aktivitas Sesar Lembang dengan magnitudo besar. Dari penelitian terakhir, Gunung Batu naik hingga 40 centimeter yang diduga akibat aktivitas Sesar Lembang dengan Magnitudo 6,5-7.

"Jadi satu kali bergeser itu satu event gempa bumi, dia bergeser, bisa 1 meter bisa 40 centimeter atau bergeser 2 meter, angka pastinya kami tidak tahu, tapi dari hasil galian yang kita temukan ada pergeseran vertikal 40 centimeter itu bisa jadi akibat gempa Magnitudo 6,7 sampai 7," tuturnya.

Dibalik ancaman itu, Mudrik mengapresiasi langkah pemerintah daerah di wilayah Bandung Raya yang memasifkan edukasi preventif dan mitigasi terhadap potensi bencana Sesar Lembang.

"Yang paling bijaksana adalah kita tetap waspada. Diketahui bersama bahwa kita hidup berdampingan dengan sumber gempa bumi, jadi kita harus tahu cara survive dan aman dengan ancamannya," jelasnya. 

Ia menambahkan, kesiapsiagaan lebih penting daripada kehadiran alat pendeteksi getaran gempa yang menjadi bagian dari Early Warning System (EWS) dalam menghadapi ancaman Sesar Lembang.

Sebab, wilayah Bandung Raya sudah dipadati pemukiman penduduk. Diprediksi, daya rambat getaran gempa akan lebih cepat dibandingkan dengan langkah mitigasi setelah sensor menangkap getaran gempa. 

"Jeda waktu yang diselamatkan kan sangat kecil, hanya beberapa detik, Bandung itu sangat dekat dengan sumber Sesar Lembang. Jadi secara teori lebih baik kesiapsiagaan kapasitas dari masyarakat yang ditingkatkan," tandasnya.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Whisnu M)