Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dikelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bojong Koneng mulai beroperasi sejak Agustus 2024. (Foto: Metrotvnews/Patrick Pinaria)
Patrick Pinaria • 24 September 2025 18:40
Bogor: Di dapur sederhana di Bojong Koneng, Babakan Madang, aroma tumisan dan gulai telur menguar sejak subuh. Puluhan orang dengan cekatan bergerak. Ada yang mencuci sayuran, menakar nasi, mengolah lauk, hingga membungkus ribuan porsi makanan dalam kotak-kotak rapi. Dari sinilah, setiap hari, lahir makanan bergizi yang akan menjadi bekal sehat bagi anak-anak sekolah di sekitar Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dikelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bojong Koneng mulai beroperasi sejak Agustus 2024. Hingga kini, ada 3.135 penerima manfaat dari 19 kelompok, mulai dari SMP (2 sekolah), SD (6 sekolah), MI (1 sekolah), PAUD (8 lembaga), posyandu (1), hingga puskesmas (1).
"Distribusi dilakukan dua kali. Pertama pukul 06.30 WIB untuk anak PAUD dan SD kelas 1-3. Lalu, pukul 09.00 WIB untuk siswa SD kelas 4 ke atas dan SMP," kata Kepala SPPG Bojong Koneng, Henky Romadon.
Dapur ini dikelola oleh 50 pekerja, mayoritas warga sekitar, yang terbagi dalam enam tim, yaitu cuci, distribusi, masak, pemorsian, kebersihan, dan keamanan. Henky menegaskan, sejauh ini tidak pernah ada kendala besar.
"Selama beroperasi, tidak pernah ada kendala besar ataupun kasus keracunan. Bahan baku kami ambil dari Koperasi Merah Putih dan Koperasi Raya Niaga," kata Henky.
SPPG Bojong Koneng juga dilengkapi sejumlah ruangan khusus, yakni ruang staf, ruang konsultasi gizi, ruang pemeriksaan makanan, gudang basah yang setiap hari berganti bahan, serta area
loading barang yang menerima pasokan sekitar pukul 14.00 WIB. Logistik kemudian diangkut dengan kendaraan berkapasitas 1.135 porsi sekali jalan.
Kepala SPPG Bojong Koneng Henky Romadon, dan Ahli gizi SPPG Rofifa Khairunnisya. (Foto: Metrotvnews/Patrick Pinaria)
Setiap menu diperiksa sebelum dibagikan. Ahli gizi SPPG, Rofifa Khairunnisya, memastikan standar gizi selalu diprioritaskan.
"Setiap menu dicek, baik bahan hewani, sayur, maupun buah. Kami juga menyusun siklus menu 20 hari agar tidak monoton. Hari ini misalnya, nasi putih, telur gulai bumbu kuning, tahu
pong crispy, tumis wortel-buncis, dan buah lengkeng," ucap Rofifa.
Ia menekankan, kontrol kualitas dilakukan sejak penyimpanan bahan hingga pengolahan.
"Bahan segar langsung disimpan di
freezer sebelum dimasak. Suhu makanan dijaga sekitar 60 derajat saat di-
packing agar tidak cepat basi," ujar Rofifa.
Dampak ekonomi terhadap warga sekitar
Bagi warga sekitar, dapur MBG bukan hanya tentang gizi, tapi juga peluang hidup. Rukmini, pekerja bagian pemorsian, mengaku kehidupannya berubah sejak bergabung.
"Alhamdulillah, dulu saya ibu rumah tangga. Sekarang ada penghasilan sekaligus anak-anak juga dapat makan bergizi. Terima kasih Pak Prabowo," katanya dengan senyum bahagia.
Rukmini, pekerja bagian pemorsian. (Foto: Metrotvnews/Patrick Pinaria)
Cerita serupa datang dari Junaedi, juru masak yang kehilangan pekerjaan saat pandemi. Kini, ia bisa kembali menafkahi keluarga.
"Saya bangga bisa masak untuk anak-anak sekolah. Program MBG ini membantu ekonomi keluarga sekaligus bermanfaat bagi masyarakat sekitar," ucapnya.
Dampak langsung bagi siswa
Manfaat nyata juga dirasakan para siswa. Candy Grace Arianto, siswi kelas VIII SMPN 2 Babakan Madang, bercerita antusias.
"Puji Tuhan, semua menunya enak. Favorit saya kalau ada burger atau kwetiau. Dengan MBG, uang jajan bisa ditabung," kata Candy.
(Foto: Metrotvnews/Patrick Pinaria)
Hal senada disampaikan rekannya, Adam Kamil Rudi. "Sehari saya bisa menabung Rp5.000 karena sudah dapat makan siang dari MBG. Harapan saya program ini terus dilanjutkan," ujarnya.
Dari dapur sederhana di Bojong Koneng, makanan bergizi tak hanya mengenyangkan perut ribuan anak. Program ini juga menghidupkan ekonomi warga, memberi harapan baru, sekaligus menjadi kisah nyata tentang gotong royong untuk generasi sehat Indonesia.