Pakar hubungan internasional asal India, Rajiv Bhatia. Foto: YouTube/CSIS
Fajar Nugraha • 16 April 2025 12:58
Jakarta: Pakar hubungan internasional asal India, Rajiv Bhatia, menegaskan bahwa negara-negara Global South masih menghadapi marginalisasi dalam tatanan dunia saat ini, meski telah tujuh dekade sejak Konferensi Asia Afrika digelar di Bandung pada 1955.
“Meski telah muncul banyak forum baru seperti G20 dan BRICS, negara-negara Selatan masih tidak memiliki pengaruh signifikan dalam pengambilan keputusan global,” ujar Bhatia dalam forum peringatan 70 tahun KAA bertajuk “The Global South in a Shifting World Order”, Rabu 16 April 2025.
Menurutnya, berbagai krisis global seperti pandemi covid-19, perang Ukraina, dan perubahan iklim justru memperbesar jurang ketimpangan. Negara-negara berkembang, katanya, masih sulit mengakses pembiayaan transisi energi, teknologi, serta forum negosiasi global yang efektif.
“Kita masih hidup dalam sistem yang tidak adil, dan Global South sering menjadi korban dari kebijakan yang dirumuskan tanpa partisipasi mereka,” tegas Bhatia.
Namun Bhatia tidak pesimistis. Ia menyebut bahwa negara-negara Global South memiliki peluang untuk menjadi kekuatan yang menentukan arah dunia, asalkan mereka tidak pasif dan mampu membangun posisi bersama.
“Dunia telah berubah menjadi multipolar. Ini kesempatan emas untuk memperjuangkan keadilan, kesetaraan, dan hak untuk menentukan nasib sendiri,” kata mantan Duta Besar India untuk Myanmar tersebut.
Ia juga menyoroti pendekatan India dalam menghadapi tatanan dunia yang dinamis, yakni melalui strategi “multi-alignment”, atau menjalin hubungan dengan semua kekuatan besar tanpa mengorbankan prinsip.
“India memberikan contoh bahwa kita bisa pragmatis, sekaligus tetap teguh pada nilai solidaritas Selatan,” pungkas Bhatia.
(Muhammad Reyhansyah)