Pertamina Dukung Kemandirian Desa di Sragen dengan Pembangunan Air Bersih dan Pelatihan Pengelolaan. (Foto: Dok. Pertamina)
Fauzan Hilal • 23 October 2025 23:31
Sragen: Bagi warga di 11 desa di Kabupaten Sragen, suara gemericik air adalah peristiwa langka yang hanya dinikmati saat musim hujan. Selebihnya, kemarau berarti penderitaan rutin: sumur kering, tangan pegal menenteng jeriken, dan waktu yang seharusnya digunakan untuk bertani atau belajar, terbuang di jalanan mencari setetes kehidupan.
Namun, di tengah tanah yang retak, kini mengalir harapan. Berkat inisiatif Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pertamina, 16 titik sumur bor air bersih telah dibangun. Sumur-sumur ini telah mengubah ritual berat harian warga menjadi kelegaan yang nyata. Ini bukan sekadar cerita tentang air, tetapi jauh di atas itu, ini adalah kisah tentang perubahan nasib masyarakat desa.
Pertamina sadar betul, bahwa sekadar memberikan bantuan fisik tidak akan menyelesaikan masalah jangka panjang. Filosofi yang diusung perusahaan energi nasional ini adalah keberlanjutan dan kemandirian.
"Pertamina tidak hanya membangun infrastruktur, tetapi juga memastikan masyarakat mampu merawat dan mengelolanya secara berkelanjutan. Dengan begitu, manfaatnya tidak hanya saat ini, tetapi bisa dirasakan hingga generasi mendatang," ujar Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso.
Filosofi ini diwujudkan melalui pembentukan Kelompok Pengelola Air (KPA). Di Kantor Desa Trombol, Kecamatan Mondokan, puluhan warga yang sebelumnya hanya tahu cara mengambil air, kini bertransformasi menjadi manajer sumber daya air mereka sendiri. Mereka dibekali pelatihan teknis, mulai dari perawatan mesin pompa hingga manajemen air bersih komunal.
Kliwon, salah satu Anggota KPA, tersenyum lebar saat menceritakan pengalaman barunya. Pelatihan itu, katanya, lebih dari sekadar kursus. "Ini aset untuk anak cucu di masa mendatang," tegasnya, dengan nada dipenuhi rasa bangga sekaligus tanggung jawab besar. “Alhamdulillah desa kami sekarang sudah tidak khawatir kekeringan.”
Dengan hadirnya sarana air bersih ini, Pertamina berharap masyarakat Sragen dapat hidup lebih sehat, mandiri, dan sejahtera, sekaligus inspirasi bagi desa-desa lain dalam mengelola sumber daya secara berkelanjutan.
Langkah Pertamina ini disambut baik Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Riset dan Inovasi Daerag Sragen, Ariska Taminawati. Dia menyebut program CSR ini datang tepat waktu, menyasar langsung titik-titik krisis.
Pertamina yang telah membangun 16 titik sarana akses air bersih di 11 desa yang selama ini mengalami kekeringan saat musim kemarau.
"Harapannya, masyarakat benar-benar bisa merawat fasilitas sarana dan prasarana yang telah diberikan agar dapat berkelanjutan," imbuh Ariska.
Kini, gemericik air dari sumur bor tersebut bukan hanya tanda kebasahan, melainkan penanda kemandirian kolektif. Anak-anak dapat kembali fokus belajar, ibu-ibu memiliki waktu untuk kegiatan produktif, dan kesehatan masyarakat meningkat drastis.
Pertamina sebagai perusahaan energi nasional berkomitmen mendukung target Net Zero Emission 2060 melalui program-program berkelanjutan yang berdampak nyata bagi Masyarakat.
Kisah di Sragen ini menjadi contoh nyata bagaimana komitmen perusahaan terhadap prinsip ESG (Environmental, Social & Governance) dan target SDGs (Sustainable Development Goals) dapat diterjemahkan menjadi dampak humanis yang nyata. Pertamina tidak sekadar memberi air, tetapi menanamkan benih kemandirian, mengubah penderitaan kekeringan menjadi sumber inspirasi bagi desa-desa lain di Indonesia.