Kapal perang seberat 5.000 ton milik Korea Utara itu dilengkapi dengan senjata paling kuat dan dibangun dalam waktu sekitar 400 hari. (KCNA)
Willy Haryono • 26 April 2025 11:28
Pyongyang: Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menghadiri upacara peluncuran "kapal perusak serbaguna terbaru," demikian dilaporkan media pemerintah KCNA pada hari Sabtu, 26 April 2025.
Kapal perang seberat 5.000 ton itu dilengkapi dengan "senjata paling kuat" dan dibangun "dalam waktu sekitar 400 hari dengan kekuatan dan teknologi kami sendiri," kata Jo Chun Ryong, seorang sekretaris di Partai Pekerja Korea Utara.
Kim, dalam pidato peluncuran yang dilaporkan oleh KCNA, mengatakan kapal perang itu akan diserahkan kepada angkatan laut dan mulai beroperasi awal tahun depan.
Peluncuran itu berlangsung pada hari Jumat di galangan kapal militer Nampho, dan menandai era baru "pembangunan armada hebat ala Kim Jong Un," sebut KCNA mengutip Wakil Laksamana Pak Kwang Sop.
Kapal itu dinilai sebagai "kelas Choe Hyon" yang dinamai menurut pejuang revolusioner anti-Jepang Choe Hyon, tambah laporan itu.
Awal bulan ini, media Reuters melaporkan bahwa kelas kapal perang baru Korea Utara itu mampu menampung puluhan sel peluncur vertikal untuk membawa rudal yang telah dikembangkan militernya, mengutip analisis citra satelit.
Kim juga mengatakan kemampuan serangan pendahuluan yang kuat adalah "pencegah perang yang paling meyakinkan" dan bahwa tidak ada batasan untuk cakupan serangan semacam itu.
"Lingkungan keamanan negara kita sangat serius saat ini," tegas Kim.
Ia juga berterima kasih kepada para pekerja dan teknisi karena membangun kapal perusak baru itu, yang "sesuai dengan garis partai untuk memperkuat angkatan laut," menurut KCNA.
Kim juga mengatakan bahwa Amerika Serikat selama ini kerap mengerahkan aset strategis di Semenanjung Korea secara teratur.
B-1B digunakan dalam latihan militer gabungan antara Korea Selatan dan AS awal bulan ini bersama jet tempur, menurut kementerian pertahanan Seoul.
Pesawat pengebom B-1B telah tampil secara rutin dalam latihan militer gabungan dalam beberapa tahun terakhir. Korea Utara telah lama mengecam latihan tersebut sebagai latihan perang. Seoul mengatakan latihan tersebut murni bersifat defensif.
Baca juga: Kim Jong-Un Awasi Uji Coba Drone Bunuh Diri Dilengkapi Kecerdasan Buatan