Pertumbuhan Perdagangan Kripto di Indonesia Meningkat di Semester I-2024

Ilustrasi. Foto: Freepik

Pertumbuhan Perdagangan Kripto di Indonesia Meningkat di Semester I-2024

Annisa Ayu Artanti • 26 July 2024 13:02

Jakarta: Industri aset kripto di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat pertumbuhan pada nilai transaksi dan jumlah pelanggan aset kripto sepanjang semester pertama 2024.
 
Berdasarkan data Bappebti, nilai transaksi aset kripto pada periode Januari hingga Juni 2024 mencapai angka yang fantastis, yakni Rp301,75 triliun. Angka ini menunjukkan pertumbuhan sebesar 354,17 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya yaitu Rp 66,44 triliun.

Sementara itu meski ada penyesuaian pada Mei lalu, jumlah pelanggan aset kripto terdaftar hingga Juni 2024 kini sudah mencapai 20,24 juta pelanggan, dengan rata-rata pertumbuhan sekitar 430.500 pelanggan per bulan sejak Februari 2021.
 
Kepala Biro Pembinaan dan Pengembangan Perdagangan Berjangka Komoditi Bappebti, Tirta Karma Senjaya, mengatakan pertumbuhan jumlah pelanggan ini menunjukkan masyarakat Indonesia semakin menyadari dan tertarik terhadap potensi investasi aset kripto.

Meskipun pada Juni lalu mayoritas harga aset kripto, termasuk Bitcoin (BTC) mengalami penurunan, Bappebti tetap optimistis mengenai pertumbuhan positif hingga akhir tahun. Hal ini sejalan dengan antusiasme masyarakat yang terus meningkat terhadap aset kripto.

"Kami tetap optimistis antusiasme masyarakat akan terus meningkat. Kami berharap nilai transaksi dan jumlah pelanggan sepanjang 2024 dapat lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bappebti tentu berharap agar nilai transaksi dan jumlah pelanggan pada 2024 dapat lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya," kata Tirta dalam keterangan tertulis, Jumat, 26 Juli 2024.
 
Baca juga: 

Influencer Kripto Bertanggung Jawab Atas Tindakan di Medsos

Aset kripto favorit di Indonesia

Stablecoin mendominasi perdagangan aset kripto di Indonesia. Stablecoin Tether (USDT) menjadi aset kripto yang paling banyak diperdagangkan oleh masyarakat Indonesia berdasarkan nilai transaksi pada periode Januari hingga Juni 2024.

Selain USDT, Bitcoin (BTC), Pepe (PEPE), Ethereum (ETH), dan Solana (SOL) juga menjadi aset kripto favorit di kalangan masyarakat Indonesia.

Sebagai pelaku industri kripto, CMO Tokocrypto, Wan Iqbal mengungkap keuntungan stablecoin. Stablecoin seperti Tether (USDT) menawarkan stabilitas nilai yang penting bagi investor.

Keunggulan ini membuatnya menjadi pilihan utama untuk perdagangan dan penyimpanan aset digital karena mengurangi volatilitas yang sering kali mengkhawatirkan dalam pasar kripto.

"Kepercayaan terhadap stablecoin juga semakin meningkat seiring dengan semakin banyaknya penggunaan sebagai sarana untuk melakukan transaksi yang lebih cepat dan efisien," ujar Iqbal.


Iqbal juga menambahkan pertumbuhan signifikan dalam transaksi stablecoin mencerminkan kebutuhan pasar akan aset kripto yang lebih stabil. Ini menunjukkan investor di Indonesia semakin mencari cara yang aman dan efisien untuk berpartisipasi dalam ekosistem kripto tanpa terpapar risiko fluktuasi harga yang tajam.

Prospek pasar kripto

Iqbal juga menyoroti mengenai pertumbuhan pesat industri aset kripto di Indonesia. Pertumbuhan nilai transaksi dan jumlah investor menunjukkan minat masyarakat terhadap aset kripto semakin meningkat.

"Di Tokocrypto, kami mencatat rata-rata perdagangan harian di Juni mencapai lebih dari USD20 juta, dengan jumlah pengguna melebihi empat juta. Angka ini mencerminkan antusiasme yang tinggi dan kepercayaan masyarakat terhadap platform kami," jelas Iqbal.

Ia juga menambahkan, prospek pasar kripto ke depan sangat menjanjikan, terutama dengan kenaikan harga Bitcoin yang mulai terjadi sepanjang Juli.

"Kami melihat potensi yang bagus di Agustus hingga akhir 2024. Dengan semakin banyaknya edukasi dan literasi tentang aset kripto, kami yakin industri ini akan terus berkembang dan memberikan manfaat yang signifikan bagi perekonomian di Indonesia," tutur Iqbal.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, penerimaan pajak kripto telah mencapai Rp798,84 miliar hingga Juni 2024. Penerimaan tersebut terdiri dari Rp246,45 miliar pada 2022, Rp220,83 miliar pada 2023, dan Rp331,56 miliar pada semester pertama 2024.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Annisa Ayu)