Peningkatan Stok AS Batasi Kenaikan Harga Minyak Dunia

Ilustrasi harga minyak. Foto: Unsplash.

Peningkatan Stok AS Batasi Kenaikan Harga Minyak Dunia

Husen Miftahudin • 23 October 2024 11:58

Jakarta: Harga minyak mentah mengalami penurunan tipis pada perdagangan Rabu (23/10), di tengah kekhawatiran pasar atas peningkatan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) dan ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Andy Nugraha, analis Dupoin Indonesia, memproyeksikan adanya potensi kenaikan harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk hari ini.

Berdasarkan analisis teknikal yang dilakukan oleh Nugraha, indikator Moving Average menunjukkan tren bullish mulai terbentuk pada WTI. Ia menjelaskan jika harga minyak mampu bertahan di atas level kunci, potensi kenaikan hingga USD74 per barel bisa terjadi pada hari ini.

"Namun, ada juga kemungkinan koreksi harga jika terjadi pembalikan tren (reversal), dengan target penurunan berada di sekitar USD69 per barel sebagai level terdekat," ungkap Nugraha dalam analisis hariannya, Rabu, 23 Oktober 2024.


(Ilustrasi pergerakan harga minyak dunia. Foto: dok ICDX)

Pada sesi perdagangan sebelumnya, harga minyak mentah berjangka WTI turun sebesar 32 sen atau 0,5 persen, menjadi USD71,42 per barel. Meskipun demikian, harga minyak sempat ditutup lebih tinggi dalam dua sesi awal pekan ini.

Kondisi ini menunjukkan pasar minyak saat ini berada dalam fase yang cukup dinamis, dengan harga yang berayun dari wilayah jenuh jual ke jenuh beli dalam waktu singkat. Oleh karena itu, mempertahankan posisi di kedua sisi pasar menjadi tantangan bagi para pelaku pasar.

Penurunan harga minyak pada Rabu dipengaruhi oleh laporan peningkatan stok minyak mentah AS sebesar 1,64 juta barel pada minggu lalu, berdasarkan data dari American Petroleum Institute. Peningkatan ini jauh melebihi perkiraan analis yang hanya memperkirakan kenaikan sebesar 300 ribu barel.

"Lonjakan persediaan ini memberikan tekanan pada harga minyak, mengingat pasokan yang berlimpah dapat membatasi potensi kenaikan harga," terang dia.
 

baca juga: Harga Minyak Dunia Naik Dipicu Kenaikan Permintaan Tiongkok
 

Dipengaruhi situasi geopolitik Timur Tengah


Di sisi lain, situasi geopolitik di Timur Tengah juga memberikan pengaruh besar terhadap pergerakan harga minyak. Ketegangan yang terus berlangsung di kawasan tersebut, termasuk serangan Israel yang menargetkan kelompok militan di Lebanon, menambah risiko ketidakpastian pasokan minyak global.

Upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan, seperti percakapan Menteri Luar Negeri AS dengan Perdana Menteri Israel, turut menjadi perhatian pasar. Meskipun begitu, dampak langsung terhadap harga minyak masih terbatas, mengingat ketidakpastian yang tinggi terkait dengan perkembangan di kawasan tersebut.

Meski harga minyak saat ini menghadapi tekanan dari peningkatan stok, prospek jangka panjang tetap didukung oleh berbagai faktor positif. Salah satu faktor utama adalah tanda-tanda pemulihan permintaan minyak dari Tiongkok, yang merupakan importir minyak terbesar di dunia.

"Upaya pemerintah Beijing untuk merangsang pertumbuhan ekonomi telah meningkatkan harapan pemulihan permintaan energi, yang pada akhirnya dapat memberikan dukungan terhadap harga minyak," papar Nugraha.

Selain itu, proyeksi jangka panjang juga turut memberikan gambaran arah harga minyak. Goldman Sachs baru-baru ini memperkirakan harga minyak akan mencapai rata-rata USD76 per barel pada 2025.

Proyeksi ini didasarkan pada surplus minyak mentah yang moderat serta adanya kapasitas cadangan di antara negara-negara produsen OPEC+ yang dipimpin oleh Rusia.

"Dengan demikian, meskipun terjadi fluktuasi jangka pendek, tren jangka panjang diperkirakan tetap menunjukkan arah yang positif," tutup Nugraha.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)