Martha Tilaar. Foto: Metrotvnews.com/Nia Deviyana
Jakarta: Martha Tilaar merupakan salah satu pejuang perempuan yang mengukir sejarah industri kecantikan Indonesia. Perjalanannya membangun merek berbasis bahan alami dan jamu tradisional berawal dari garasi rumah orang tuanya di Jakarta pada 1970, tahun yang sama dengan momentum kebangkitan ekonomi Orde Baru.
Martha Handana, lahir di Gombong, Jawa Tengah, 4 September 1937, menimba ilmu di Academy of Beauty Culture, Amerika Serikat. Sekembalinya ke Indonesia, ia membuka salon sederhana.
Di tempat yang sederhana, ia meracik resep perawatan menggunakan bahan lokal seperti jahe, temulawak, dan kunyit, sebagai bentuk penolakan terhadap dominasi produk impor. "Saya melihat bahwa kecantikan sesungguhnya dimiliki perempuan Indonesia. Dari situ saya mulai bertekad untuk membuat produk kecantikan bagi perempuan Indonesia," ujar Martha Tilaar dalam wawancara beberapa tahun lalu.
Di era 70-80an, kepercayaan terhadap produk lokal masih rendah. Tantangan terberat justru datang dari budaya patriarki. Dalam beberapa wawancara, Martha mengakui perempuan sulit dapat pinjaman bank. Bahkan, dia harus terbang ke luar negeri untuk mencari modal.
Namun, ia tak menyerah. Dia berusaha mengedukasi pasar dan berkolaborasi dengan organisasi perempuan. Ia juga merancang program
green science dan
community empowerment dengan memberdayakan petani lokal. Sebuah langkah yang selaras dengan semangat
HUT ke-80 RI yang mengusung tema "Bersatu Berdaulat, Rakyat Sejahtera".
Komitmennya pada kemandirian perempuan diwujudkan melalui Sekolah Puspita Martha di Bali. Sejak 1990-an, sekolah ini melatih 6.000 perempuan, termasuk kelompok marginal seperti waria dan difabel, secara gratis. Berkali-kali dia menyebut, pendidikan adalah senjata agar perempuan tak jadi korban."
Peran Martha Tilaar ini bahkan diakui dunia.
Perempuan kenamaan Indonesia ini menyandang gelar doktor honoris causa bidang "Fashion and Artistry" yang diberikan World University Tuscon, Arizona, Amerika Serikat, pada 1984. Dia juga diganjar Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon, penghargaan saat UN Global Compact Leaders Summit, New York, pada Juli 2002.
Martha juga menyandang gelar Perekayasa Utama Kehormatan dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang diberikan pada 2012. Selain itu, Martha Tilaar juga mendapat Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma dari Pemerintah RI pada 2016 karena perannya yang sangat besar untuk Indonesia.
Di usia 80 tahun Indonesia merdeka, produk Martha Tilaar tak hanya simbol kecantikan. Martha Tilaar juga menjadi bukti bahwa perempuan mampu memimpin inovasi. Konsep
holistic beauty-nya. Visi perusahaannya yang memadukan kesehatan tubuh dan jiwa menjadi refleksi semangat kemerdekaan: membangun bangsa dimulai dari membangun diri.
(Shandayu Ardyan Nitona Putrahia Zebua)