Dino Patti Djalal berbicara dalam acara Penyusunan Langkah Strategis Melanjutkan Pemikiran Prof.Hasjim Djalal terkait Hukum Laut di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Selasa, 25 Februari 2025. (Metrotvnews.com / Muhammad Reyhansyah)
Willy Haryono • 25 February 2025 15:03
Jakarta: Indonesia harus terus menjadi pelopor, penggerak, dan pemimpin diplomasi hukum laut, di ,ama dalam hal ini, Indonesia bukan sekadar pemain, tapi juga pendobrak dan pemimpin.
Demikian disampaikan Dino Patti Djalal dalam pesan video di acara Penyusunan Langkah Strategis Melanjutkan Pemikiran Prof.Hasjim Djalal terkait Hukum Laut di Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Selasa, 25 Februari 2025.
Dino, anak dari mendiang Prof Hasjim, mengatakan bahwa sejumlah pemikiran sang ayah masih relevan dan strategis untuk politik luar negeri Indonesia.
“Pak Hasjim sangat menekankan Indonesia harus menjadi negara maritim yang kuat. Secara de facto, Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia,” ujar Dino.
“Masalahnya, bagaimana dengan modal ini kita bisa menjadi bangsa maritim yang kuat? Itu adalah tugas jangka panjang Indonesia,” sambung pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) itu.
Mengenai Laut China Selatan, Dino mengatakan bahwa Prof Hasjim telah menjadi pelopor dalam upaya menyelesaikan isu tersebut melalui lokakarya di tahun 1950. Pertemuan tersebut menghadirkan semua negara pengklaim (claimant states) Laut China Selatan dan anggota-anggota ASEAN.
Pernyataan gabungan dari lokakarya tersebut menjadi dasar terbentuknya konsep Negara Kepulauan (Archipelagic State) dalam Konvensi PBB tentang Hukum Laut (United Nations Convention on the Law of the Sea/UNCLOS) di tahun 1982.
“Proses sudah ada, format sudah ada, tapi sampai sekarang kerja sama substantif yang melibatkan semua claimant states belum ada. Ini perlu terus diperjuangkan,” tutur Dino, merujuk pada sengketa di Laut China Selatan.