Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Timur bersama Tim Kaji Cepat dari Departemen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melakukan mitigasi tanah retak di Desa Mendak, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun,
Silvana Febiari • 7 November 2025 17:38
Madiun: Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Timur (Jatim) bersama Tim Kaji Cepat dari Departemen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melakukan mitigasi tanah retak di Desa Mendak, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun.
"Mitigasi ini melibatkan petugas dari BPBD Provinsi Jatim, BPBD Kabupaten Madiun, dan pemerintah desa untuk mendapatkan pemetaan lebih detail yang nantinya dikolaborasikan dengan hasil kaji cepat dari tim ITS," ujar Kepala Bidang Geologi dan Air Tanah Dinas ESDM Provinsi Jawa Timur Ertika Dinawati di Madiun, dikutip dari Antara, Jumat, 7 November 2025.
Kegiatan mitigasi tim gabungan tersebut juga melakukan pemetaan area luasan tanah retak serta warga yang terdampak di Desa Mendak. Hal ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi atas solusi yang nantinya diambil oleh pihak berwenang.
Perwakilan Tim Kaji Cepat Departemen Geofisika ITS Haris Miftakhul mengatakan fenomena retakan tanah di Desa Mendak, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun menunjukkan retakan cukup luas. Retakan juga berpotensi memicu longsor.
"Hasil kajian awal retakan tanah di Mendak menyebar hingga sekitar 50 meter dengan pola vertikal. Beberapa pondasi rumah juga sudah mengalami penurunan. Dari hasil pengamatan kami, tanah di kawasan ini sudah sangat lapuk sehingga berpotensi longsor," kata Haris.
Ia menjelaskan bahwa struktur batuan dasar di wilayah tersebut berupa batu breksi yang seharusnya cukup keras jika masih segar. Namun, pelapukan intensif membuat kekuatannya menurun.
"Ketebalan lapukan diperkirakan mencapai 10 meter. Kondisi itu diperparah karena lokasi Desa Mendak berdekatan dengan kawasan panas bumi Telaga Ngebel yang mempercepat proses pelapukan," kata dia.
Berdasarkan catatan warga, retakan serupa pernah muncul pada tahun 2004 dan 2014, bahkan sempat memicu longsor. Haris menegaskan bahwa indikasi pergerakan tanah yang berulang tersebut harus menjadi perhatian serius semua pihak terkait, baik
pemerintah daerah hingga provinsi.
"Artinya, ada indikasi pergerakan tanah berulang. Ini harus jadi perhatian serius semua pihak," kata dia.

Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Timur bersama Tim Kaji Cepat dari Departemen Teknik Geofisika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya melakukan mitigasi tanah retak di Desa Mendak, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Jumat, 7 November 2025. ANTARA/Louis Rika
Sebagai langkah antisipasi, ITS merekomendasikan warga untuk memperhatikan saluran air rumah tangga yang masih terbuka. Sebab, air dari kegiatan sehari-hari seperti mencuci baju, MCK, maupun membersihkan rumah dapat meresap ke tanah dan mempercepat retakan.
"Tidak selalu korelasi dengan musim hujan. Artinya tidak perlu menunggu hujan, air dari aktivitas sehari-hari warga saja bisa membuat tanah makin jenuh dan memperparah retakan," kata Haris.
Tim ITS juga menyarankan pemasangan sistem peringatan dini atau Early Warning System (EWS). Tujuannya untuk memantau pergerakan tanah di kawasan tersebut.
"Ini langkah awal untuk mitigasi. Minimal ada alat pemantau yang bisa memberikan peringatan dini bagi warga," katanya.
Seperti diketahui, sejumlah rumah warga di Desa Mendak, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mengalami retak akibat tanah bergerak. Hasil pemetaan BPBD Kabupaten Madiun ada sekitar delapan rumah warga setempat yang mengalami kerusakan akibat retakan tanah dengan lebar mencapai 10-15 sentimeter.
BPBD Kabupaten Madiun telah mendirikan tenda darurat. Tenda tersebut berfungsi sebagai tempat mengungsi warga yang terdampak.