Amerika Serikat Sebut Tiongkok Jadi Ancaman Siber Utama

Ilustrasi militer terkait keamanan siber. Foto: University of San Diego

Amerika Serikat Sebut Tiongkok Jadi Ancaman Siber Utama

Fajar Nugraha • 26 March 2025 18:45

Washington: Intelijen Amerika Serikat menetapkan Tiongkok sebagai ancaman keamanan utama dalam laporan tahunan yang dirilis Selasa, 25 Maret 2025. Laporan tersebut menyoroti kemajuan pesat Beijing dalam pengembangan kemampuan militer konvensional, siber, dan kecerdasan buatan yang dinilai mengancam kepentingan nasional AS.

“Tiongkok terus menunjukkan kemajuan signifikan dalam pengembangan senjata hipersonik, pesawat siluman, dan sistem persenjataan nuklir," ungkap Direktur Intelijen Nasional, Tulsi Gabbard, dalam kesaksiannya di hadapan Komite Intelijen Senat, dikutip dari Channel News Asia, Rabu, 26 Maret 2025.

Ia menambahkan bahwa Beijing memiliki strategi komprehensif untuk menjadi pemimpin global di bidang AI pada 2030.

Ancaman multidimensi dari Tiongkok

Laporan setebal 33 halaman tersebut mengungkapkan bahwa Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) kemungkinan menggunakan model bahasa besar untuk menciptakan berita palsu dan melancarkan serangan siber.

"Mereka memiliki kemampuan untuk menargetkan infrastruktur kritis AS dan aset di luar angkasa," jelas Gabbard.

Isu Taiwan menjadi sorotan khusus dalam dokumen tersebut. Intelijen AS memprediksi Tiongkok akan meningkatkan tekanan militer dan ekonomi terhadap pulau yang diperintah secara demokratis itu. "PLA terus mengembangkan kemampuan yang dapat digunakan untuk merebut Taiwan dan menghadang intervensi AS," bunyi laporan tersebut.

Direktur CIA, John Ratcliffe, menyoroti keterlibatan Tiongkok dalam krisis fentanil di AS. "Beijing hanya melakukan upaya minimal untuk menghentikan aliran prekursor bahan kimia dari perusahaan-perusahaan Tiongkok,” ujarnya.

Presiden Donald Trump telah menaikkan tarif impor produk Tiongkok sebesar 20% sebagai bentuk tekanan.

Juru bicara Kedutaan Tiongkok, Liu Pengyu, membantah semua tuduhan tersebut. "AS sengaja membesar-besarkan ancaman untuk mempertahankan hegemoni militernya," katanya. Liu menegaskan Tiongkok berkomitmen pada perdamaian dunia dan penyelesaian masalah fentanil adalah tanggung jawab AS sendiri.

Ancaman dari negara lain

Laporan ini juga menyoroti ancaman dari Rusia, Iran, dan Korea Utara. Moskow dinilai memanfaatkan perang di Ukraina untuk mempelajari efektivitas persenjataan Barat. Sementara Iran disebut terus mengembangkan jaringan rudal dan UAV, meski dinilai tidak sedang membangun senjata nuklir.

Di tengah ketegangan ini, Wakil Presiden AS, JD Vance, akan mengunjungi Greenland pekan ini. Kunjungan ini terjadi di tengah wacana kontroversial Trump tentang pengambilalihan wilayah strategis tersebut, yang juga menjadi perhatian Tiongkok sebagai pijakan di Kutub Utara.

Laporan ini juga mengungkap tantangan internal Tiongkok, termasuk korupsi, masalah demografis, dan perlambatan ekonomi yang dapat mengancam stabilitas pemerintahan Partai Komunis. Namun, para analis memperingatkan bahwa tantangan tersebut tidak mengurangi ancaman yang ditimbulkan Beijing terhadap kepentingan AS di kawasan Indo-Pasifik dan global.


(Muhammad Adyatma Damardjati)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)