Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo. Foto: Dok istimewa
M Ilham Ramadhan Avisena • 24 April 2025 15:27
Jakarta: Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan stabilitas eksternal Indonesia tetap dan masih kuat. Itu dinilai sebagai hal yang positif lantaran kondisi ekonomi dunia tengah berada di dalam ketidakpastian, terutama setelah kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat diumumkan.
Setidaknya, kata Perry, tiga hal yang membuat stabilitas eksternal Indonesia cukup baik tercermin dari defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) yang rendah, transaksi modal dan keuangan yang tergolong baik, dan cadangan devisa yang melimpah.
"Ada tiga hal yang mendasari keyakinan kami, optimisme kami bahwa stabilitas eksternal ekonomi Indonesia cukup kuat dalam menghadapi gejolak global tadi. Jadi, terdapat tiga indikator yang mendasari optimisme kami terhadap ketahanan eksternal ekonomi Indonesia," kata Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) secara daring, Kamis, 24 April 2025.
(Ilustrasi. Foto: Dok MI)
Defisit transaksi berjalan rendah
Pada CAS, misalnya, Bank Indonesia memperkirakan posisi hingga akhir tahun akan berada di rentang kisaran 0,5 hingga 1,3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Prakiraan itu diperoleh bank sentral dengan mengacu hitungan dan standar yang berlaku internasional.
Perkiraan CAD itu dinilai masih dalam batas aman. Sebab, BI berpegang pada batas maksimal CAD tiga persen dari PDB.
"Negara-negara yang sedang membangun seperti Indonesia, emerging market, and developing country, sepanjang defisit transaksi berjalan itu tidak lebih dari tiga persen, itu kategorinya stabilitas eksternalnya itu tetap kuat," jelas Perry.
Transaksi modal dan keuangan surplus
BI meyakini akan terjadi aliran modal masuk dan penanaman modal asing ke Indonesia, termasuk dampak positif dari kebijakan Devisa Hasil Ekspor (DHE) pada komoditas Sumber Daya Alam (SDA).
"Jadi defisit transaksi berjalan kami meyakini dapat dipenuhi dari surplus transaksi modal dan financial, sehingga secara keseluruhan neraca pembayaran akan surplus," jelas Perry.
Cadangan devisa tinggi
BI mencatat posisi cadangan devisa Indonesia masih lebih dari cukup, yakni USD157,1 miliar pada akhir Maret 2025. Nilai tersebut setara dengan pembiayaan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri pemerintah.
"Jumlah cadangan devisa ini jauh di atas standar kecukupan internasional yang tiga bulan impor. Tiga pertimbangan tadi yang menyimpulkan optimisme kami bahwa ketahanan eksternal ekonomi Indonesia dalam menghadapi gejolak global kuat," ungkap Perry.