Tim penyelamat mencari korban selamat dalam banjir di Sri Lanka. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 1 December 2025 09:26
Kolombo: Setidaknya 334 orang telah dipastikan tewas di seluruh Sri Lanka sementara pihak berwenang terus berupaya mengatasi banjir yang semakin tinggi di beberapa wilayah ibu kota, Kolombo. Banjir terjadi setelah siklon dahsyat meninggalkan jejak kerusakan.
Dalam pembaruan pada Minggu 30 November 2025, Pusat Manajemen Bencana (DMC) menyatakan hampir 400 orang masih hilang dan memperingatkan bahwa hujan lebat yang disebabkan oleh Siklon Ditwah diperkirakan akan turun di seluruh negara kepulauan tersebut dalam beberapa hari mendatang.
Surat kabar Daily Mirror Sri Lanka melaporkan bahwa di antara mereka yang hilang terdapat lima personel Angkatan Laut yang terakhir terlihat berusaha menghentikan luapan air di gardu induk Angkatan Laut di Laguna Chalai, timur laut negara tersebut.
“Sistem cuaca ekstrem telah menghancurkan hampir 15.000 rumah di seluruh negeri, menyebabkan hampir 44.000 orang mengungsi ke tempat penampungan sementara yang dikelola negara,” menurut DMC, seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin 1 Desember 2025.
Lebih dari 24.000 personel polisi, tentara, dan angkatan udara masih berupaya menjangkau keluarga-keluarga yang terlantar akibat banjir, kata pihak berwenang.
Minelle Fernandez dari Al Jazeera, melaporkan dari Sammanthurai di Sri Lanka bagian timur-tengah mengatakan, negara tersebut sedang berjuang untuk mengatasi dampak siklon tersebut.
“Beberapa lingkungan terkubur lumpur, dan setiap lingkungan membawa lebih banyak keputusasaan. Komunikasi juga terputus, dan ada beberapa daerah yang belum menerima informasi terbaru,” ujar Fernandez.
“Di daerah lain, padi yang baru ditanam terendam air akibat hujan yang tak henti-hentinya,” tambah Fernandez.
Bagian utara Kolombo juga menghadapi banjir besar, karena permukaan air di Sungai Kelani terus meningkat, kata DMC.
"Meskipun siklon telah meninggalkan kita, hujan deras di hulu kini membanjiri daerah dataran rendah di sepanjang tepian Sungai Kelani," kata seorang pejabat DMC.
Presiden Anura Kumara Dissanayake mengumumkan keadaan darurat pada Sabtu untuk menangani dampak siklon dan meminta bantuan internasional.
India adalah yang pertama merespons, mengirimkan pasokan bantuan dan dua helikopter beserta awaknya untuk melaksanakan misi penyelamatan. Jepang mengatakan akan mengirimkan tim untuk menilai kebutuhan mendesak dan menjanjikan bantuan lebih lanjut.
Meskipun hujan telah mereda di seluruh pulau, beberapa jalan di provinsi tengah yang paling parah terdampak tetap tidak dapat diakses, kata DMC.
Sistem cuaca ekstrem telah menghancurkan lebih dari 20.000 rumah dan memaksa 122.000 orang mengungsi ke tempat penampungan sementara yang dikelola pemerintah. Sebanyak 833.000 orang lainnya membutuhkan bantuan setelah mengungsi akibat banjir.
Pasukan dari angkatan darat, laut, dan udara telah dikerahkan bersama pekerja sipil dan relawan untuk membantu upaya bantuan.
Para pejabat melaporkan bahwa sekitar sepertiga wilayah negara tersebut masih tanpa listrik atau air bersih akibat kabel listrik yang putus dan fasilitas pemurnian air yang terendam. Koneksi internet juga terputus.
Siklon ini telah menjadi bencana alam paling mematikan di Sri Lanka sejak 2017, ketika banjir dan tanah longsor menewaskan lebih dari 200 orang dan membuat ratusan ribu orang mengungsi.
Banjir terburuk sejak pergantian abad terjadi pada Juni 2003, yang menewaskan 254 orang.