Malaysia. Foto: Unsplash.
Arif Wicaksono • 2 November 2023 18:59
Kuala Lumpur: Bank Sentral Malaysia mempertahankan suku bunga utama sekaligus memperingatkan risiko terhadap prospek pertumbuhan dan memastikan bank akan mengelola volatilitas pasar yang tinggi.
Dikutip dari Channel News Asia, Kamis, 2 November 2023, Bank Negara Malaysia (BNM) mempertahankan suku bunga kebijakan semalam (OPR) sebesar 3 persen untuk pertemuan ketiga berturut-turut. Hal ini sejalan dengan ekspektasi pasar bahwa bank sentral akan mempertahankan suku bunga hingga 2024.
Perekonomian Asia Tenggara menghadapi perlambatan pertumbuhan yang tajam pada tahun ini karena penurunan ekspor akibat lemahnya permintaan global.
BNM mengatakan dalam sebuah pernyataan perkiraan pertumbuhan awal menunjukkan peningkatan aktivitas ekonomi pada kuartal ketiga 2023. Namun prospek tersebut tetap mempunyai risiko penurunan karena permintaan eksternal yang lebih lemah dari perkiraan dan penurunan produksi komoditas.
Pengetatan moneter agresif yang dilakukan Federal Reserve AS (The Fed) dan penguatan dolar AS mendorong bank sentral Indonesia dan Filipina menaikkan suku bunga pada bulan lalu setelah jeda yang lama, sehingga menambah tekanan pada BNM untuk melakukan hal yang sama.
The Fed menahan kenaikan suku bunga mendukung pandangan beberapa ekonom bahwa BNM telah menyelesaikan siklus pengetatan meskipun ringgit rapuh. Ringgit telah jatuh sekitar 8 persen terhadap dolar AS tahun ini yang merupakan penurunan terbesar di antara mata uang lainnya di Asia Tenggara.
BNM mengatakan perkembangan nilai tukar ringgit diperkirakan tidak akan menggagalkan prospek pertumbuhan Malaysia.
“Bank Negara Malaysia akan terus mengelola risiko peningkatan volatilitas, termasuk menyediakan likuiditas, untuk memastikan berfungsinya pasar valuta asing dalam negeri,” kata dia.
Pemerintah Malaysia menegaskan kembali pihaknya tidak berencana mematok ringgit terhadap dolar AS atau menerapkan langkah-langkah pengendalian valuta asing untuk membendung penurunan tersebut, seperti yang dilakukan pada Krisis Keuangan Asia tahun 1998.
Para ekonom mengatakan penurunan suku bunga diperkirakan terjadi karena indeks manajer pembelian dan total ekspor Malaysia telah mengalami kontraksi selama beberapa waktu.
“Menjaga OPR tetap stabil akan mendukung pertumbuhan secara keseluruhan karena akan memastikan biaya pembiayaan untuk bisnis dan rumah tangga tetap stabil,” kata Kepala Ekonom di Bank Muamalat Malaysia Mohamad Afzanizam Abdul Rashid.