Massa Sayap Kanan Inggris Rusuh Akibat Penikaman Bocah, Padahal Bukan Muslim Pelaku

Kerusuhan di Inggris yang dipicu oleh kelompok sayap kanan. Foto: PA

Massa Sayap Kanan Inggris Rusuh Akibat Penikaman Bocah, Padahal Bukan Muslim Pelaku

Medcom • 5 August 2024 11:59

Rotherham: Massa sayap kanan Inggris menyerbu sebuah hotel yang diduga digunakan untuk menampung migran di Rotherham pada hari Minggu, dalam kerusuhan yang berlangsung selama lima hari berturut-turut. Kerusuhan ini dipicu oleh penikaman mematikan di Southport yang secara keliru dikaitkan dengan Muslim dan migran.

Dilansir dari Middle East Eye, rekaman yang disiarkan oleh BBC menunjukkan puluhan perusuh memaksa masuk ke Holiday Inn Express di Rotherham setelah memecahkan jendela dan membakar tempat sampah di luar gedung. Satu petugas polisi terluka dalam serangan tersebut karena massa yang beberapa mengenakan bendera Inggris, melemparkan batu bata, botol bir, dan proyektil lainnya ke arah petugas.

Para perusuh terdengar meneriakkan nama aktivis sayap kanan Tommy Robinson di berbagai siaran langsung di TikTok saat mereka melemparkan proyektil ke petugas polisi yang mengenakan riot gear atau pakaian dan peralatan anti huru-hara.

Kemudian pada hari Minggu, riot police atau polisi anti huru-hara dikerahkan ke Middlesbrough saat sekelompok pria marah turun ke jalan. Di Bolton, pihak berwenang mengeluarkan surat perintah pembubaran yang memberikan kekuasaan tambahan kepada petugas untuk menangani perilaku anti-sosial.

Sekelompok pria dan wanita kulit putih di Bolton terdengar meneriakkan kata-kata rasis kepada polisi dalam berbagai siaran langsung di TikTok saat mereka mencoba membubarkan mereka, seperti "Paki-wannabe" dan "Paki".

Kekerasan ini terjadi setelah setidaknya 90 orang ditangkap pada hari Sabtu dalam kerusuhan di kota-kota besar termasuk Manchester, Liverpool, dan Hull. Sebuah massa di Liverpool membakar sebuah perpustakaan, meninggalkan sebagian bangunan dalam reruntuhan.

Sementara itu, video dari Hull menunjukkan seorang pria Asia diserang oleh massa pria kulit putih yang menyalahkan Muslim dan imigran atas serangan penikaman di Southport.

Kerusuhan terhadap Muslim dan imigrasi meletus di Southport pada hari Selasa setelah tiga anak tewas dan delapan lainnya terluka parah dalam serangan penikaman di sebuah kelas tari bertema Taylor Swift.

Ratusan orang bertopeng melemparkan batu bata, pot tanaman, dan tempat sampah kosong ke arah Masjid Southport Islamic Society dan riot police setelah kampanye misinformasi yang secara keliru mengklaim penyerang adalah seorang Muslim. Padahal pelaku bukanlah Muslim.

Axel Rudakubana, seorang remaja 17 tahun yang lahir dari orang tua Kristen asal Rwanda, telah didakwa atas pembunuhan tersebut.

Kekerasan yang mengakibatkan banyak penangkapan dan membuat komunitas Muslim Inggris gelisah ini menjadi tantangan besar bagi pemerintahan Perdana Menteri Partai Buruh, Keir Starmer, yang baru berusia satu bulan. Kasus ini juga menyoroti para penghasut sayap kanan yang terkait dengan hooliganisme sepak bola di saat elemen-elemen anti-imigrasi meraih kesuksesan elektoral dalam politik Inggris.

Starmer menuduh "preman" “membajak” kesedihan bangsa untuk "menabur kebencian" dan berjanji bahwa mereka yang melakukan tindakan kekerasan akan "menghadapi kekuatan penuh hukum". Namun, pemerintahannya dikritik karena gagal menjangkau para pemimpin dan kelompok masyarakat Muslim Inggris.

Dalam sebuah pernyataan pada Sabtu malam, Dewan Muslim Inggris (MCB) mengatakan ratusan masjid meningkatkan keamanan mereka setelah kelompok sayap kanan "meneror komunitas Muslim," memicu "kecemasan dan ketakutan."

"Apa yang kita lihat di jalan-jalan Inggris (adalah) konsekuensi dari Islamofobia yang tidak terkendali: dapat diterima, kuat, dan sangat nyata dalam masyarakat kita saat ini," kata Zara Mohammed, sekretaris jenderal MCB, dalam pernyataan tersebut.

"Pemerintah benar untuk berbicara menentang ekstremisme yang disaksikan di jalan-jalan kita, tetapi pemerintah diam saja terhadap Islamofobia yang memicu ekstremisme tersebut,” pungkas Mohammed. (Shofiy Nabilah)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)